Kesempatan Dalam kesempitan.

1.3K 86 2
                                    

Hi all.

Oke, jujur.... w agak.... nekat nulis ini sekarang. Cause why? Karna hari ini gw ulangan MTK. Yang lain belajar, w buka wattpad.  Tapi bodo amat. Ali yang segitu jenius aja nilainya jelek. Napa w harus takut ya?

So... saya harap dengan keikhlasan dari lubuk hati, tolong vote cerita ini.....

Gak kebayang senengnya gw waktu kalian vote. ASLI GUA JINGKRAK JINGKRAK! KIRAIN KALIAN GAK BAKAL SUKA CERITA INI....

Happy reading all


♡☆♡

(Author POV)

Hari ini, ali latihan basket. Raib dan seli, seperti biasa ia paksa untuk menemani.

Um.... yang dia paksa hanya Raib sih. Kalau seli dengan sukarela ikut.

Ali mendrible bola basket dengan lincah. Berkelit setiap ada yang menghadang.

Sampai di depan ring, ia menembak bola basket tersebut. Semua bertepuk tangan.

Di sisi Raib,

    "Ra... duh...maaf banget, aku harus pulang sekarang. Mama dan papa ku pulang cepat."   Seli berkata dengan raut wajah sedikit menyesal.

      "Ya sudah sel. Silahkan. Nanti aku pamitkan pada ali."  Raib tersenyum.

Beberapa menit setelah seli pergi, raib yang berdiri di tribun,  lamat lamat memperhatikan ali. Biang kerok itu sudah jadi sahabatnya selama kurang lebih satu tahun. Posturnya tinggi gagah, rambutnya.... err... berantakan. Itu tidak aneh. Dan otaknya pintar. Ali masih lincah dengan bola nya. Raib menatap kagum. Karna terlalu asyik memperhatikan ali, raib jadi tidak sadar kalau ada bola mengarah ke arahnya.

     "RAIBBB AWAS ADA BOLAA."   Teriakan Ali membuat raib menoleh.






Bughhhhhhh

Terlambat. Bola tersebut mengenai kepalanya.

Tidak ada yang raib lihat setelah itu. Kesadarannya menurun. Yang sempat ia perhatikan hanya ali yang menghampiri nya dengan wajah panik dan khawatir.

'Apa itu ali? Tapi dia tidak pernah terlihat panik seperti itu.... '

Batinnya

********

Raib mengerjapkan matanya perlahan. Menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.

'Dimana ini'   batinnya.

Ia menatap sekeliling. Ia terbaring di sebuah kasur. Dinding di dekatnya putih semua. Ada brankar di sebelahnya.

'Ini UKS?'

     "Kau sudah siuman ra?"   Suara yang terdengar familiar memasuki indra pendengaran nya.

Ia menoleh. Menatap seseorang yang ada di sebelahnya. Seragam basket, rambut berantakan, muka berpeluh, yang sialnya terlihat tampan.

Sudah pasti itu ali.

     "Kau ingat kenapa kamu disini ra?"   Ali bertanya.

Raib mengingat. Seingatnya, ia melamun lalu terkena bola basket.

Ia meringis, mengangguk. Kepalanya terasa agak pusing. Ia mencoba duduk.

      "Ssshhhhh"   ia meringis kesakitan. Entah kenapa pinggangnya ikut terasa sakit.

Ia baru sadar, hari ini ia sedang mens. Tapi sakit ini tidak seperti biasanya.

     "Hati hati ra. Tadi kamu terjatuh, jadi bagian pinggang mu agak memar."   Ali memberi tau.

Raib menatapnya penuh selidik. Membuat ali menelan ludah gugup.

     "Ah... ya... i...itu yang kak Syifa b...bilang."   kata ali sambil mengusap tengkuk nya. Memalingkan pandangan.

Untungnya,  kak Syifa, seorang siswa kelas 12 yang merupakan ketua PMR datang.

     "Ali benar ra, kamu terjatuh. Dan pinggangmu memar. Tenang saja, aku yang mengobatinya."   Katanya ramah.

Raib menatap kakak kelas nya itu dengan perasaan bersalah. Raib sungguh tak ingin merepotkan orang lain.

     "Kau tau ra? Tadi aku sudah di gerbang saat ali memaksa ku  untuk memeriksa dirimu terlebih dahulu. Ia sungguh perhatian."

Ucapan tersebut membuat wajah ali memerah sampai telinga. Saat itu ia benar benar panik.

     "Dan lagi ra, dia menggendong kamu dari lapangan basket. Tak peduli kalau orang lain melihatnya."   Kak Syifa tertawa geli mengingat tingkah juniornya tersebut.

Tak ayal wajah ali makin memerah.

     "Maaf aku merepotkan kamu ali."   Raib meminta maaf dengan tulus. Sambil menunduk.

     "Bukan hanya itu ra... ia juga menawarkan diri membantu mengangkat tubuhmu saat aku akan memeriksa pinggangmu."

     "Kak....."   melas ali.

'Yang itu jangan dibilangin...'. Itu maksudnya.

      "Tunggu, kalau ali membantu kak Syifa, itu berarti....."    wajah raib memerah. Tidak sempat melanjutkan ucapannya.

Wajah ali makin memerah lagi. Sekarang sampai ke leher. Debaran jantungnya makin cepat saat mengingat kejadian tadi.

Ya.... you know lah.

      "A.....aku t...tidak be...bermaksud ra....."    ali menjelaskan terbatas bata.

Wajah keduanya makin memerah. Sedangkan kak Syifa tertawa sendiri. Dasar malu malu kucing. Padahal saling suka.

*****






Hola!

Akhirnya selesai

Part ini beneran pendek.

Jangan lupa vote

A Good(shit) Friendzone ~Rali~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang