Hola
Lama gak upMaaf banget yaw, lagi banyak godaan males soalnya
Dan.. jangan ngarep part 18+ dulu ya, kita abisin dulu part yang ada di draf.
Ikut alurnya aja oke?
Okelah mulai
*****
“Kapan kamu akhirnya akan melihatku disini? Kamu menangis setiap hari namun tak menyadari kalau ada orang diluar sana yang ikut merasakan lukamu.“
•Fauzan.
******
Kami berangkat. Itu kesimpulannya. Semua terjadi begitu cepat. Aku hanya sempat berpamitan sebentar pada ayah ibuku. Nanti saja aku jelaskan semua ini. Setelahnya kami pergi ke tempat bernama Bor-O-Bdur. Aku, raib, Seli dan Ali ada didalam kapsul ILY. Sementara Batozar, bibi Gill dan Miss Selena tidak menemani karna harus mengonsolidasi kekuatan.
Sepanjang perjalanan, tatapan raib masih kosong. Tapi dia berhasil menutupinya dengan baik. Dia tertawa, ikut meledek Ali, dan juga menyemangati aku. Tapi aku berani bertaruh tatapannya berbeda. Kosong. Tak berarti apa-apa.
Karna kami bosan, akhirnya kami memutuskan bermain truth or dare. Permainan dimulai. Giliran pertama jatuh padaku.
“Dare dong Zan... Biar seruuu”. Bujuk Seli. Kami berempat memang memanggil satu sama lain dnegan nama atas permintaan ku.
Aku mengangguk. Dare sajalah.
“Biar aku yang memberi tantangan!“. Ali menyahut. Dia mengalihkan pandangan dari tabung penyimpanan klan Aldebaran.
“Acak acak rambutmu! Sampai lebih berantakan dari aku.“
“Rambutmu berantakan semenjak tumbuh Ali...“. Raib menggeleng. “Mana bisa lebih berantakan dari itu!“
Aku tersenyum. Menyanggupi. Segera mengacak ngacak rambutku hingga aku telrihat seperti bad boy-bad boy dalam komik.
Begutu selesai, aku kembali mengangkat kepala. “Gimana?“
Seli mengangkat jempol. Ali mengangguk angguk. Raib? Err..... Dia terpaku entah kenapa. Membuatku, eh? Membuatku salah tingkah ditatapnya seperti itu.
“Biasa saja lihatnya Ra....“. Ali berkomentar. “Padahal rambutku berantakan malah kamu hujat.“
Raib mengerjap pelan. Ia mendelik ke arah ali. “Kalau kamu rambutnya berantakan yang ada malah seperti gembel, bukannya keren.“
Aku, raib dan Seli tertawa melihat wajah masam Ali.
Permainan dilanjutkan, botol mengarah ke raib.
“Truth!“. Pilihnya tegas.
“Biar aku yang bertanya!!“. Aku berseru rusuh.
Semua menatapku, menunggu pertanyaan. Aku berdehem. “Kalau ada yang menghancurkan perasaanmu, lalu dia menyadari kesalahannya dan meminta kesempatan kedua, apa kamu akan mengabulkan nya?“
Semua terdiam, bersamaan. Aku menghela nafas. Pertanyaan ini memang berbahaya, tapi aku harus menanyakannya. Ini jelas kesempatan yang baik kan?
Raib terlihat bimbang. Aku tahu, sejak pertama perjalanan mereka, raib sudah berusaha memaafkan banyak orang, banyak hal. Tidak masalah baginya. Tapi, ini urusan hati. Tentu saja jadi rumit.
“Aku.....“. Raib menelan ludah. “Tidak tahu.“
Kami semua menatapnya bingung.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Good(shit) Friendzone ~Rali~
Fanfic(One shoot + good (shit) friendzone) Ali dan Raib. Dunia paralel mempertemukan mereka melalui sebuah garis takdir panjang, mereka lahir atas perjuangan dan pengorbanan tak ternilai. Pengkhianatan, persahabatan, dan pertarungan mengiringi kisah...