(11) ex. Ruang Seni

1.1K 44 47
                                    

Ketemu lagi....

Udah lama gak bikin rali akur

Jadi hari ini pen akur dulu

Maaf ya malem malem nih....
(Nekat padahal besok ujian praktikum)

Enjoy your reading

(Warning chapter 18+ )

__________________

Ali berjalan gontai menuju rumahnya. Err.... lebih tepatnya, istananya.

    Kata kata juli tadi tepat menusuk jantung hatinya. Semua keyakinan nya selama ini mulai runtuh. Entahlah..... dia juga tidak tahu apa yang terjadi.

    Sampai depan gerbang, Ali menghela nafas. Satpam menyapanya

    "Tuan muda."   Ia membungkuk.

    Ali mengangguk. Melenggang masuk.

    Sampai di basement, ali langsung merebahkan diri. Tanpa berganti pakaian seperti biasa. Rambutnya makin acak acakan. Makin tidak terawat dibandingkan du--

    Tunggu! Ali meremas rambutnya. Ya, dia sadar sekarang. Dua minggu terakhir, sejak raib jadi agak menjauh, tanpa sadar dia makin tidak terurus. Tidak ada yang mengomel soal makan, soal tidur, dan mandi.

    Ali mengusap wajahnya. Bagaimana bisa dia baru menyadarinya, selain raib, tidak ada yang begitu cerewet soal kebiasaannya. Seli juga hanya menasihati sekali dua kali. Raib? Jangan dihitung, gak bakal kuat.
 
    Ali mulai berfikir. 'apakah aku akan kehilangan omelan omelan itu selamanya?'

     Ia buru buru menggeleng. Pasti pikiran itu muncul dari rasa lelahnya.

_____________________

     Siang esok harinya, kelas olahraga.

     "Parah kalian".  Pak Josh, guru olahraga menggelengkan kepalanya.   "Masih muda, nafas kayak ibu ibu hamil tua. Masa' disuruh lari bentar capek?"
 
     Murid murid menggerutu. Pak Josh gak kira kira sih! Masak disuruh lari sepuluh menit tanpa henti?
  
     "Jangan mengumpati saya dalam hati anak anak!".  Peringat pak Josh.   "Lihat Ali, raib, dan Seli. —kalau Ali sih memang terbiasa dihukum lari— mereka bahkan tidak terengah-engah!"
 
     Itu benar, trio begundal memang masih terlihat santai. Apalagi Ali.

     Pak Josh menghela nafas. "Pembelajaran hari ini selesai."
    
     "Jangan harap akan mendapatkan nilai diatas KKM kalau saat ujian praktek lari kalian masih seperti ini"

     Murid murid mengeluh panjang. Melangkah gontai ke kelas. Sebagian ke kantin.

     "Ra....".  Panggil Seli. Raib yang hendak mengambil baju seragamnya menoleh.  "Ada apa sel?"

      Seli mengeluh tertahan. "Aku boleh duluan tidak? kebelet"

      Raib mengangguk.   "Silahkan. Aku juga masih sibuk."

      Seli berlalu.

      Raib masih sibuk mengurus pakaiannya, sampai suara seorang teman memanggilnya.

      "Raib...". Seorang murid perempuan memanggil. Raib menoleh, ia hafal siapa perempuan ini. Dia adalah salah satu fans Fauzan. Hei... Tumben sekali dia tidak ketus.

      "Ya? Ada apa?".  Raib berusaha ramah.

      "Bisa tolong aku taruh ini ke ruang seni yang lama tidak?".  Ia menunjuk bungkusan di tangannya.

       Raib mengerutkan dahi. Setahunya ruang itu tidak dipakai sekarang. Kenapa ditaruh disana?

       "Ini alat alat seni yang lama. Mau ditaruh disana saja, memenuhi kelas."

A Good(shit) Friendzone ~Rali~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang