(10) Yakin

711 47 12
                                    

Hufftttt.....
Kedua kalinya, up pas lagi ujian. Haha
Semoga gak mengecewakan ya....
Trust me, aku udah berusaha biar feel nya dapet. Semoga bisa dinikmati.

Enjoy reading

____________

    Pagi yang tidak menarik, ditambah dengan penjelasan panjang×lebar bu Ati yang entah bagaimana nyasar ke kelas IPA. Aku menguap lebar.

    Mungkin dari paragraf pertama kalian sudah tau siapa yang bercerita. Ya,itu aku, Ali. Sekarang aku sudah hampir tertidur kalau saja dua sahabat ku tidak berisik.

    "Ayolah Ali.... masa' kami harus meninggalkan kamu disini."   Bujuk Seli. Dia getol sekali mengajakku ke kantin!

    "Tidak mau sel. Aku kurang tidur."

    Seli berkacak pinggang.   "Kurang tidur atau kurang sabar melihat raib dan kak Fauzan heh? "

    Aku mendengus. Kata siapa aku kurang sabar melihat kemesraan mereka? Lagipula, aku bukan suka pada raib.

    "Ayolah ali..."   Seli ternyata belum kapok membujukku.

    Baiklah baiklah... demi melihat muka memelasnya, aku mengangguk. Kurasa tidak buruk juga.

    Kami berempat ke kantin. Di jalan, huft... kami bertemu si Fauzan. Ck..... aku risi melihatnya lama lama.

    "Kenapa kak Fauzan mengganggu kami terus sih?"    Ketusku pada senior kami itu. Si fauzan dan Raib yang sedang mengobrol menoleh.

    Raib melotot.   "Itu tidak sopan ali!"   Tegurnya.

    Aku mengangkat bahu santai. Lebih tidak sopan mana dibanding si fauzan yang tiba tiba mengajak ngobrol dan sok akrab?

    Raib menepuk dahi. Terlihat tatapannya seolah mengatakan   'cukup! Aku lelah dengan sikap anehmu ali!'

    Si fauzan sepertinya menyadari situasi yang memanas. Dia berdehem.    "Kita bicarakan soal lomba lain waktu saja Raib, nikmati waktu istirahatmu...."

    Dia melambai, berpamitan.

    Seharusnya, SEHARUSNYA.... Raib balas melambai dan membiarkan fauzan pergi.

    Tapi ini tidak! Raib malah menahan lengan fauzan dan berkata.

    "Kalau sekarang saja bisa? Aku takut kurang persiapan."

    Si fauzan mengangkat alis.   "Teman temanmu?"

    Raib menatap kami. Dan seli langsung menyikutku seakan mengatakan   'jangan buat masalah ali!'

    Seli tersenyum.   "Kita masih bisa kumpul di jam istirahat kedua ra. Diskusi itu lebih penting kan? Semangat!"

    Aku mau protes, tapi urung kala seli menginjak kakiku. Akhirnya mengangguk.

    Kami melanjutkan ke kantin sementara raib berjalan dengan fauzan.

    Sehabis makanan kami datang dan kami menemukan kursi yang bagus, kami mulai makan sambil bercakap cakap.

    "Si fauzan itu rese' sekali sih!"   Gerutuku.

    Juli disampingku menggeleng geleng.   "Tidak baik memanggil nama orang yang lebih tua tanpa embel embel kak, ali!"

    Aku mengerutkan dahi. "Kenapa? Di tempat asalmu juga seperti itu kan?"

    Juli menghela nafas.   "Ini kan di tempatmu ali, bukan di tempatku yang lama."

    "Terserahlah...."   aku melambaikan tangan.   "Tapi memang benar kan dia rese', dan juga sok akrab dengan raib-"

    "Sebenarnya bukan sok akrab."   Satu suara asing terdengar dari belakang ku.

A Good(shit) Friendzone ~Rali~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang