(15). Film klan bulan

1K 39 26
                                    

Hi.....

Gak mau basa basi karna terlanjur Basi

Cuma mau ngasih disclaimer 18+

________

     Aku mengepalkan tangan. Urat urat di lenganku sampai kelihatan. Sialan! Ternyata hanya karena kak Fauzan, raib menolak menemani aku. Aku berdecak kesal. Jelas sekali. Raib menyukai si sok akrab itu.

      Sejenak, aku malah terdiam. Raib juga benar sih. Memangnya apa urusanku?

      Demi dunia paralel? Tidak ah. Aku tidak merasa ada yang aneh dengan Fauzan. Keanehan ini murni dalam hatiku.

       Aku tidak suka perhatian Fauzan pada raib. Palsu! Muka baiknya, keramahan, palsu!

       'lantas apa kamu punya bukti kalau dia jahat Ali?'.  Sisi rasional ku memberikan pandangan lain. Membuatku merenung lagi.

       Tapi aku benar benar tidak suka kedekatan mereka. Apalagi melihat raib dan Fauzan jalan berdua.

      Tanpa sadar karena sibuk menggerutu dalam hati, aku sampai di rumah. Pak satpam membukakan pintu. Aku menyapanya, dan kami bercakap cakap sebentar. Entah sejak kapan aku jadi dekat dengan pak satpam. Mungkin sejak raib mengomel dengan mengatakan kalau sikapku yang ketus seperti manusia tidak berilmu.

       Aku tidak langsung ke basemen. Aku justru melangkah ke ruang santai. Kejutan! Ibu ada disana. Sedang menonton tv di sofa panjang. Aku mendudukkan diri di sebelahnya. Menghela nafas sangat panjang. Lebih panjang lagi karena aku sadar yang ditonton ibu adalah......

      Drama Korea. Untuk yang satu ini, bukan raib yang menularkan. Tapi mamanya raib yang dua hari lalu kesini karena khawatir raib tidak pulang. Bukannya mencari anak anak mereka, eh malah nobar. Parah.

      “Eh.... Kamu sudah pulang Ali?“. Ibu menyadari kehadiran ku. Menoleh.

      “Belum Bu, ini baru arwahnya.“.  Kataku agak bete. Ibu hanya tertawa—tahu kalau aku tidak suka basa basi.

      “Ada apa Ali?“. Ibu tersenyum.    “Kamu pergi dengan riang tadi. Kenapa pulang pulang wajahmu seperti lap tukang sate?“

      Aku menghembuskan nafas. Ya, awalnya aku dengan riang ke luar rumah untuk membeli hadiah ulang tahun ibu. Oleh karna itu juga aku mengajak raib. Jangan tanya kenapa aku tidak mengajak Seli. sudah kepalang menelpon Raib —reflek. Tapi saat tahu raib tak bisa ikut, aku tidak kepikiran untuk mengajak Seli. Aneh.

      Tapi moodku hancur saat melihat raib dan Fauzan di taman. Apalagi saat Fauzan merangkul raib. Mereka berbicara akrab. Puh.... Bahkan aku saja selalu sempat ribut saat bicara dengan raib.

       “Apakah ini masalah perempuan yang kamu sukai?“.    Ibu menebak lagi. Aku hampir mengangguk, tapi tunggu.... Kenapa aku mengangguk? Kan yang aku sukai Seli. Bukan raib.

      “Bukan Bu....“.  Aku memutuskan menjawab.   

      Untungnya ibu percaya. Dia mengangguk angguk.

      “Kalau menyukai seseorang, jangan ditepis Ali.“


      Aku tarik ucapanku yang mengatakan kalau ibuku percaya.

____________

      (Selena POV)

      Aku pikir, hari ini aku bisa bersantai-santai. Hanya ada dua kelas yang harus diajar olehku. Lalu setelah itu aku bisa menyelesaikan tugas dari klan bulan. Mungkin menumpang di ruang kepala sekolah. Tapi dugaanku salah.

A Good(shit) Friendzone ~Rali~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang