[𝙻𝚘𝚔𝚊𝚕 𝚊𝚞] 𝐟𝐭. 𝐏𝐚𝐫𝐤 𝐒𝐮𝐧𝐠𝐡𝐨𝐨𝐧 𝐟𝐫𝐨𝐦 𝐄𝐍𝐇𝐘𝐏𝐄𝐍༄
❝Katanya, cuman ada dua alasan kenapa cowok tiba-tiba ngedeketin. Kalau bukan suka, ya cuman penasaran doang.❞
Ketika si takut geer berhadapan dengan si hobi ngode. Entah k...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.ೃ࿐
"Naon?"
"Ih meni galak."
"Ishh cepetan, ngapain nelpon?"
Naya tersenyum jahil sambil menempelkan handphonenya di telinga. "Lagi di mana?"
"Kuma urang rek di mana oge."
(Terserah gue mau di mana juga)
"Dih, nanya doang gue," balas Naya dengan bibir cemberut kesal.
"Ck, lagi di... Mana ya, kayangan." Di seberang sana, Jisung malah menjawabnya dengan asal. Sedang malas untuk menjawab dengan benar.
"Hah? Lo udah meninggal apa gimana?"
"HEH, MAKSUD LO!?" cebik Jisung. Padahal Naya gak salah, cuman meneruskan jawaban yang seenak jidat keluar dari mulut Jisung.
"Ya kan kayangan," cerca Naya.
Jisung berdecak lagi. Iya sih, Naya gak salah, emang Jisungnya aja yang jawabnya keanehan. Dan dijawab sama orang yang punya pemikiran kayak Naya, membuat Jisung merasa semakin menyesal karena menjawab begitu.
"Terserah lo deh ah, capek gue." pada akhirnya Jisung mengalah, lebih memilih melepas udara yang tadi dia hirup sekarang daripada melepasnya nanti setelah mengomel panjang pada Naya. "Terus, lo nelpon-nelpon gue ada apaan?" tanya Jisung sekali lagi.
"Jawab gue dulu dong, kan gue nanya duluan. Lo lagi di mana?" Naya malah membalikkan pertanyaan dari Jisung menjadi pertanyaan untuk Jisung.
Jisung meringis kesal, lagi. Entah kenapa, apapun yang dibuat Naya selalu bisa membuat Jisung naik darah. "Di Cafenya si Eric, udah mau pulang juga. Napa emang?" Jisung melihat sekelilingnya. Sendirian, duduk di dekat jendela dan hanya ditemani secangkir kopi susu yang baru diminum setengahnya. Sangat memyedihkan.
Mendengar itu Naya tersenyum lebar. "Serius mau pulang kan?"
"Iyaa, banyak nanya lo."
"Nanti pas pulang beliin batagor di pertigaan dong, ya? Gue lagi pengen, pangsitnya yang banyakk!" pinta Naya, masih dengan senyum sumringahnya.
Alis Jisung tertaut, "gitu doang?"
Naya mengangguk meski tahu Jisung gak bisa melihatnya. "Iya, itu doang."
"Ya udah, beli sendiri. Naik angkot kek, atau jalan kaki. Deket kan."
Seketika setelah omongan Jisung itu keluar, senyum Naya meluntur. "Beli sendiri? Oke, gue beli sendiri. Bye!" sebal Naya, dengan segera dia memutuskan telponnya dengan Jisung.