°0.3

557 97 16
                                    

ೃ࿐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.ೃ࿐

Bel pulang berbunyi, Naya membereskan buku-buku dan alat tulis yang berserakan di mejanya dan memasukkannya ke dalam tas. Lantas dia berdiri dan meninggalkan kelas lalu berjalan di lorong kelas untuk sampai ke Lapangan Sekolah.

"Kanayaaa!" Naya sontak melirik ke belakang ketika seseorang memekikan namanya di lorong.

Naya melihat seorang cowok berlari menghampirinha dan merangkul Naya hingga badannya sedikit goyah karena saking cepatnya dia berlari.

"Eh, Sung?"

"Hehehe, kaget gak?"

"Gak."

Setelah mendapat jawaban dari Naya, Jisung memudarkan senyum manisnya dan berganti dengan muka julidnya.

"Udah gue bilang panggil gue Naya, jangan Kanaya," omel Naya, Jisung cuman terkekeh.

Nah kan, baru tadi masang muka julid, sekarang udah senyum ketawa lagi.

"Udah kebiasaan soalnya, jadi susah," balasnya. "Btw mau pulang bareng?" tawar Jisung.

"Ayo lah, mau mampir ke rumah dulu gak?" tanya Naya dengan seulas senyum yang tiba-tiba aja terbentuk.

Jisung mengangguk, "kangen Bunda, jamuran gue sendirian mulu di rumah," jawab Jisung dengan bibir cemberut.

"Aduhh, kacian, puk puk puk." Naya ketawa pelan dan menepuk kepala Jisung dengan tangannya, untung nyampe. Jisung tertawa dengan suaranya yang mulai berubah karena semakin hari suaranya semakin berat.

Mereka berjalan ke parkiran Sekolah melewati Lapangan tanpa melepaskan rangkulan kita.

Maklum, Naya sama Jisung tumbuh bareng dari orok sampai sekarang Jisung udah tumbuh jauh lebih tinggi dari Naya, padahal waktu SD Naya lebih tinggi dari Jisung.

"Lo ke sini naik apa, Sung?" tanya Naya yang sejak tadi pagi gak menemukan atau pun bertemu sosok Jisung karena terlambat berangkat.

Jisung melirik gue, "naik motor lah, mobil gue disita sama bokap. Tapi males juga sih bawa mobil " jawabnya dengan nada kesal.

"Mampus, lagian lo ke warnet mulu, jadi anjlok kan nilai lo." Naya makin mengompori.

"Heh, gue lagi berduka lo malah mampusin." Jisung menjitak kepala Naya, Naya mengaduh lalu membalas memukul bahu Jisung.

Kita diam sebentar dan masih melanjutkan berjalan ke parkiran Sekolah.

"Kita hidup 16 tahun barengan tapi kayaknya hampir gak pernah satu haripun kita gak berantem, ya gak sih?" Naya mengangguk.

"Bukan hampir gak pernah, emang gak pernah, Sung." alis Naya menukik dan dahinya berkerut. "Lagian lo sering ngajak ribut," cibir Naya.

Jisung langsung melotot dan menatap Naya horor. "Heh, yang suka ngajak ribut duluan itu lo, gue mah adem aja," balasnya

𝐑𝐄𝐓𝐔𝐑𝐍 || Park SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang