Happy reading...
_______P
rang.
"au"-rintihnya,
"kenapa?"-tanya diana saat melihat Putrinya jongkok di bawah memunguti serpihan kaca,
"gelasnya tiba-tiba jatuh kena kaki karin"-adunya sambil menahan tangisnya,
"Udah nanti mom yang beresin, ayo obatin dulu"-ajaknya.
Karin duduk di atas sofa, sementara diana sibuk mengobati kakinya. entahlah kenapa perasaan karin sangat tidak enak hari ini, seolah sesuatu yang buruk akan menimpanya.
"mom, papah mana?"-tanya karin,
"tumben nanyain papah, biasanya berantem mulu"-ledek diana,
"karin ngerasa gelisah mom, takut terjadi apa-apa sama papah"-jawabnya,
"papah di kantor, bentar lagi pulang ko"-jawab diana sambil tersenyum.
______
"kenapa sih lo gak mati aja? Hidup lo tuh cuman nyusahin doang, gaada gunanya tau gak!"-bentaknya,
Prang. Siska melempar piring nasi yang sedang dimas makan, dia menatap dimas dengan tatapan yang sangat marah dan pwnuh dendam.
"Lo sama aja kaya ibu lo yang cacat itu, nyusahin doang tau nya! Lo tuh jadi anak gak tau diuntung banget ya, udah gw gedein, udah gw kasih makan, udah gw sekolahin tapi tetep aja belagu! gak sopan!. kenapa lo gak susul ibu lo yang cacat itu? yang tukang selingkuh itu? lo emang gak keliatan cacat, tapi mental lo bener-bener cacat tau gak! emosian! keras kepala!. Pantesan aja ibu langsung mati pas ngelahirin lo, ternyata ngelahirin anak haram yang sama-sama cacat kaya dia--"
Brak. Dimas menggebrak meja makan membuat siska yang sedang mengomel terpelonjak kaget, dimas menatap siska seakan akan membunuhnya sekarang juga. Dimas mengangkat sebelah bibirnya untuk tersenyum, lalu dia berbicara dengan nada pelan namun menusuk,
"Lo gak usah bawa-bawa ibu gw yang gak tau apa-apa disini, dan lagi yang cacat tuh lo bukan ibu gw, saking cacatnya lo ngerebut suami orang karna lo udah gak laku."-dimas tersenyum sinis lalu pergi dari sana, sedikit menyenggol lengan siska membuat siska tersenyum tak percaya.
Siska menatap punggung dimas yang perlahan menghilang, dia menggerakkan giginya bersumpah akan menghancurkan dimas sampai maut datang.
Dimas berjalan angkuh melewati dino yang sedang mengacak-acak berkas kantornya, dia tersenyum sinis melihat kegilaan pak tua itu untuk mendapatkan warisan dimas dari sang bunda.
"Dimas! dimana surat rumah dan yang lainnya?!"-teriak dino, dimas membalikan tubuhnya sambil mengernyitkan keningnya. dino berjalan cepat ke arah dimas dan mencengkeram baju dimas,
"cepat! dimana surat-surat itu!"-teriaknya, dimas masih mengernyitkan keningnya tak peduli dan jangan lupakan senyumnya yang menjengkelkan.
"DIMANA!!"-teriaknya, dimas menutup matanya lalu tersenyum melihat mata dino yang memerah.
"Kenapa? mau surat-surat itu? bukannya dimas anak haram? bukan anak papah? kenapa papah mau yang dimas punya?"-tanya dimas menatap satu ke arah dino,
"kenapa papah benci Dimas? kalo benci sama bunda, kenapa bawa-bawa dimas? dimas salah apa? kalo emang bunda salah, kenapa gak bunuh dimas pas Dimas lahir bareng bunda? kalo dimas gaada mungkin papah gak bakal kaya gini, dan udah bahagia bareng tante siska."-ujarnya dengan nada pelan dan bergetar, dino melonggarkan cekalannya mendengar perkataan dimas, anak kandungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Runtuh 1 | END✓
Romansa"Davin ayo kita berhenti"-ujar gadis dengan rambut kuncir kuda tersebut "kenapa? hubungan kita baik-baik aja kan?"-tanya Davin menatap gadisnya dengan penuh tanda tanya "Ayo pokus dengan hidup kita sendiri, lagipula kita tidak bisa bersama"-perempua...