Part 11 : Berangkat Bersama

1.3K 306 20
                                    

Ajakan berpacaran dari Zaidan sama sekali tidak tedengar buruk di telinga Flora. Selain rupawan, lelaki itu juga sudah mapan. Apalagi, ciuman Zaidan berhasil membuat kecanduan. Terlebih, tanpa berpacaran sekalipun, mereka akan tetap menikah nantinya.

Siapa yang bisa menyangka kalau malam ini mereka bukan hanya bertunangan, tapi juga sudah resmi berpacaran. Berpacaran dalam artian mereka akan mulai membuka hati satu sama lain.

Setelah acara berakhir, mereka sama-sama pulang ke kediaman masing-masing. Sebelum memasuki mobil, keduanya sempat saling lirik penuh arti dalam diam. Flora merasa pipinya memanas kala menyadari terdapat sebersit senyuman tipis yang terukir di bibir Zaidan untuknya. Bahkan, mungkin wajahnya sudah memerah sekarang ini.

"Ehem!"

Flora menoleh ke samping di mana sang adik berada. Ia bisa melihat Candy menatapnya sambil senyam-senyum tak jelas yang entah apa maksudnya. Sekarang ini, mereka masih berada di dalam mobil yang sedang menuju rumah.

"Yang udah resmi tunangan, bawaannya mau senyam-senyum terus ya?" Candy bertanya dengan niat menggoda sang kakak. Melihat Flora yang melamun sambil tersenyum, gadis itu tak tahan untuk tidak menggoda. Apalagi sepertinya Flora sedang memikirkan Zaidan.

"Apa sih lo? Jangan sok tau!" kilah Flora salah tingkah. Ia langsung memalingkan wajah dari Candy agar tidak kembali digoda. Namun, tak sengaja tatapannya malah bertemu pandang dengan sang mama. Ternyata, mamanya pun meliriknya sambil tersenyum seperti Candy.

"Jangan ngegodain Kakak kamu, Sayang. Dia lagi kasmaran sama tunangannya," ujar sang papa yang spontan membuat Flora cemberut. Wanita yang berusia lebih dari dua puluh tujuh tahun itu malah terlihat seperti remaja labil akibat digoda habis-habisan oleh keluarganya.

"Tau nggak, Pa? Mama makin nggak sabar nunggu pernikahannya Flora. Udah kepengen banget Mama punya cucu, Pa," ujar Dini yang disetujui sang suami.

Wajah Flora semakin merona kala disinggung perihal cucu. Apalagi sang adik menggodanya lagi dengan sengaja berbisik. "Tadi aku nggak sengaja ngeliat Kak Flora mojok bareng Kak Zaidan. Hayo kalian ngapain? Cipokan ya?" tanya Candy sembari memperagakan orang sedang berciuman melalui gerak tangannya.

Mata Flora melotot lebar ketika mendengar pertanyaan Candy yang sebetulnya memang sangat tepat. Refleks ia melirik orang tuanya yang untungnya tak mendengar. Atau malah pura-pura tidak mendengar? Lantaran Flora bisa melihat kedua orang tuanya mengulum senyum.

Flora merasa malu sekali. Sebab, baik dirinya sendiri maupun Zaidan sudah berusaha keras menyembunyikan agar kegiatan mereka tadi tak diketahui oleh siapa pun. Terkecuali Arden dan istrinya yang memang terlanjur memergoki. Mereka juga sudah saling membersihkan bibir dari jejak ciuman sebelum kembali ke tempat acara tadi.

"Jangan nuduh sembarangan. Kami nggak ngapa-ngapain juga," sahut Flora berkilah.

"Masa sih, Kak? Kalo nggak cipokan, tapi kok mukanya merah?" tanya Candy yang betah menggoda sang kakak.

Beruntungnya Flora terselamatkan karena mereka telah tiba di rumah. Langsung saja ia pamit ke kamar untuk menghindari godaan yang lebih dari ini.

"Ini semua gara-gara lo, Zaidan!" rutuk Flora pada Zaidan walaupun sang pacar tidak bisa mendengar suaranya karena mereka tidak sedang berada di satu tempat. Sudah ada sebutan calon suami, tunangannya, dan kini malah bertambah lagi gelar Zaidan sebagai pacarnya gara-gara mereka berpacaran. Padahal dulu, Flora tidak pernah menduga kalau mereka bisa pacaran, bertunangan dan malah akan menikah dalam waktu dekat. Tapi dari semua itu, gelar yang belum Zaidan dapatkan adalah sebagai kekasih hatinya.

Seminggu terakhir ini, perasaan Flora dibuat tak menentu oleh lelaki itu. Kadang ia merona lantaran salah tingkah ketika mereka sedang bersama bahkan bermesraan. Tetapi kadang juga kesal tanpa sebab.

Unpredictable WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang