Part 6 : Calon Istri

1.3K 288 38
                                    

Rasanya sudah seperti mimpi, sebab semua terjadi begitu cepat. Kemarin Flora hanyalah perempuan single yang tidak sedang meniti hubungan dengan lelaki mana pun. Flora tak memiliki kekasih. Sekarang pun sama, Flora bukanlah kekasih dari siapa-siapa. Tapi ada yang berbeda, yakni ia sudah menjadi calon istri. Ya, ia telah dilamar oleh seorang lelaki yang tak pernah terpikir akan melakukan itu. Demi apa pun, ia tak menyangka kalau malah Zaidan yang akan menjadi suaminya nanti. Dunia begitu sempit ternyata.

Tanggal pernikahan mereka telah ditentukan. Satu bulan dari sekarang, akad nikah maupun resepsi akan digelar. Sementara seminggu lagi, lamaran resmi sekaligus pertunangan akan dilaksanakan.

Flora mendesah karena tak menduga akan begini kejadiannya. Walaupun dulu sempat menaruh rasa suka terhadap Zaidan, tapi bukan berarti ia senang dengan rencana pernikahan mereka ini. Tapi, ia juga tak bisa menolaknya.

"Gue balik dulu, Flo."

Alis wanita itu terangkat ketika mendengar suara Zaidan. Beberapa menit lalu, mereka saling diam dengan pikiran masing-masing memenuhi kepala. Tapi sekarang, lelaki itu bersuara ingin pamit.

"Ya balik aja. Ngapain mesti bilang sama gue, coba?" sahutnya agak ketus.

Berkat jawabannya itu, Zaidan menoleh pada Flora dengan kening berkerut. "Lo 'kan calon istri gue, Flo. Anterin gue ke depan gitu kek. Oh, atau jangan-jangan lo keberatan kalo gue pulang ya?"

"Enak aja! Najis baget tau nggak? Lo mau pulang atau nggak, mau ke mana atau mau mati sekalipun, bodo amat!" sahut Flora tak terima disertai dengan tangannya memukul Zaidan.

"Awww, Flo! Ternyata lo bener-bener suka main kekerasan ya? Lagian, emang lo rela kalo gue mati? Yang ada lo jadi janda pas belum nikah."

Flora mencebikkan bibirnya mencibir ucapan Zaidan. "Ngawur aja lo! Kalo belum nikah, ya bukan janda namanya. Udah sana cepetan balik!"

"Iya-iya ah bawel!"

Zaidan melangkahkan kakinya meninggalkan Flora. Tetapi baru juga beberapa langkah, ia berhenti dan berbalik menghadap Flora lagi. "Flo..."

"Apa lagi sih, Dan?" sahutnya malas-malasan.

"Sini dulu."

"Ngapain?" Flora bertanya ogah-ogahan. Tapi kakinya tetap melangkah menghampiri lelaki itu. Hingga kemudian, keningnya mengernyit ketika Zaidan meraih lantas menggenggam tangannya. Entah mengapa, tiba-tiba saja dadanya kembali berdebar.

"Sebenarnya lo cantik banget malam ini."

Blush. Pipi Flora spontan menanas dan pasti sudah memerah. Sejak dulu kenal Zaidan, ini pertama kalinya lelaki itu memujinya. Zaidan memujinya? Itu hal langka yang tak pernah terjadi.

Chup.

Flora terperangah tak siap ketika tiba-tiba Zaidan mengecup pipinya. Untuk beberapa waktu, ia terdiam seraya menyentuh pipinya itu. Hingga kemudian, ia malah menarik kerah kemeja Zaidan dan membawa wajah lelaki itu agar kembali dekat dengannya. Setelah itu, bibir mereka pun bertemu.

Mereka kembali berciuman. Flora sendiri tak mengerti mengapa bisa ia melakukan hal itu. Dua kali ia pernah mencium Zaidan. Dua kali! Bahkan keduanya dalam satu hari. Belum dua puluh empat jam! Astaga!

Sementara itu, Zaidan juga sempat merasa terkejut dengan aksi Flora itu. Tapi, ia tidak menolak. Zaidan malah ikut menikmati dan membalas ciuman Flora. Bahkan, tangannya sudah menekan tengkuk wanita itu.

Mungkin perkataan sang mama benar, kalau sudah seharusnya Zaidan menikah untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan seperti ini.

Keduanya masih sibuk berciuman dengan Zaidan yang memeluk pinggang ramping Flora dengan sebelah tangannya. Sedangkan Flora, wanita itu pasrah menerima dengan tangannya yang ada di dada Zaidan.

Unpredictable WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang