Part 24 : Ungkapan Cinta

1.5K 312 42
                                    

Flora memijit pangkal hidungnya kala merasa kepalanya sedikit pening. Selain pusing, Flora juga sadar tubuhnya mulai merasakan lelah. Namun, ia sengaja tak memberi tahu Zaidan karena kasihan pada sang suami yang juga lelah mengurus Vanya. Ia mengulas senyum saat Zaidan menghampiri dan mengajaknya makan siang.

Barangkali kepalanya pusing lantaran telat makan siang, pikir Flora. Setelah makan pun, ia pasti kembali baik-baik saja. Namun, hal itu tak sesuai pikirannya, sebab kini Flora malah jatuh pingsan yang tentu saja membuat sang suami merasa sangat khawatir.

Bukan hanya Zaidan, mertuanya pun dibuat khawatir. Maka dari itulah, Zaidan langsung membawa Flora agar segera ditangai dokter. Sementara Vanya, gadis itu mencibir karena berpikir Flora sengaja mencari-cari perhatian dengan berpura-pura pingsan. Persis seperti apa yang dirinya lakukan saat pernikahan abangnya itu.

"Suster tolongin istri saya!" Zaidan berteriak panik dengan Flora di gendongannya. Lelaki itu merasa sangat khawatir karena istrinya tiba-tiba pingsan. Apalagi sebelumnya wajah Flora memang terlihat pucat.

Setelah dibukakan pintu ruang pemeriksaan, Zaidan pun langsung membawa Flora masuk dan merebahkannya di atas brangkar rumah sakit. Kemudian, ia menunggu Flora diperiksa sambil berdoa agar sang istri baik-baik saja.

Helaan napas lega terdengar ketika Zaidan diberi tahu kalau istrinya baik-baik saja. Flora hanya sedikit kelelahan, itu kata dokter. Tapi, Zaidan dibuat terbelalak dan tidak menduga kalau akan secepat ini ia mendengar berita menggembirakan itu.

Flora hamil. Ya, istrinya berbadan dua. Dokter mengatakan kalau usia calon anaknya sudah lima minggu.

Tidak-tidak! Flora tidak hamil anak lelaki lain. Yang sekarang tumbuh di rahim Flora sudah pasti anaknya, darah dagingnya. Zaidanlah lelaki pertama dan satu-satunya untuk Flora. Sebab, tadi pun dokter sempat menjelaskan jikalau usia kehamilan dihitung sejak HPHT  Flora. Karena itulah usia kandungan istrinya bisa lebih tua dari usia pernikahan mereka itu sendiri.

"Serius? Kalo aku hamil? Di sini ada bayinya?" tanya Flora. Ia baru saja sadar dari pingsan dan merasa keheranan karena Zaidan tidak berhenti tersenyum sembari mengecup pipi juga punggung tangannya. Lelaki itu terlihat seperti tengah gembira sekali. Rupa-rupanya karena berita ini.

"Iya, Flo. Kamu hamil anak kita. Makasih ya, Sayang." Zaidan kembali mengecup tangan sang istri, kemudian juga keningnya. Mereka baru saja menikah, tetapi rezeki itu datang amat sangat cepat. Sesuai dengan harapan para orang tua yang ingin segera memiliki cucu. Sudah pasti orang tua mereka sangat senang jika tahu berita ini.

Pantas kemarin mamanya berkata kalau ia tampak lebih berisi, karena ternyata sedang hamil. Kini, di perutnya tengah bersemayam buah cinta mereka. Ah, apakah bisa disebut buah cinta saat Flora saja tak tahu Zaidan mencintainya atau tidak?

Flora terdiam manakala suaminya mengelus perutnya yang masih datar. Zaidan tampak seperti tengah merasakan keberadaan anak mereka di sana. Anak mereka yang baru saja terbentuk dan masih sangat kecil. Tapi hidup.

"Aku janji bakal jagain kamu sama anak kita," ujar Zaidan yang Flora balas senyuman. "Aku cinta kamu, Flo."

Ucapan Zaidan yang terakhir sudah berhasil membuat Flora merasa terkejut. Baru saja ia menanyakan hal itu meski hanya dalam hati. Tetapi kini, Zaidan malah mengakuinya. Lelaki itu berkata mencintainya. Apakah Flora harus percaya?

"Kamu cinta aku?"

"Iya. Kamu nggak percaya?"

Flora mengangguk mengiyakan karena sang suami mengatakannya dengan amat sangat biasa. Seolah-olah layaknya sebutan sayang yang biasa Zaidan ucapkan untuknya.

"Terus, aku mesti buktiin pakai apa biar kamu bisa percaya? Nggak mungkin 'kan kalo aku nyuruh kamu ngebelah dadaku? Karena aku belum mau mati, aku masih mau hidup sama kamu dan anak-anak kita nanti, Sayang."

Unpredictable WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang