Part 22 : Ada Apa dengan Vanya?

1.4K 282 32
                                    

Arloji di pergelangan tangan kiri Zaidan telah menunjukkan pukul sembilan lewat beberapa menit saat lelaki itu baru saja menginjakkan kaki di lobi kantor. Ini pertama kalinya Zaidan terlambat tanpa alasan yang jelas dan tidak ada sangkut-pautnya dengan kerjaan.

Senyum simpul terbit di bibirnya ketika ingat apa yang sudah dirinya perbuat dengan Flora beberapa saat yang lalu. Ah betapa manisnya menjadi pengantin baru. Sebab, rasanya tak pernah ingin berjauhan dari istri. Apakah tiap pengantin baru memang seperti ini? Ataukah hanya ia sendiri yang begini?

"Perasaan, Abang berangkat paling pagi deh, tapi kok jadi yang paling telat?" tanya Kenzi dengan alis bertaut keheranan. "Butik kakak ipar jauh banget ya?" tambahnya menyindir.

"Berisik kamu, Zi. Udah sana balik ke ruangan kamu sendiri," ujar Zaidan mengusir. Adiknya harus segera pergi dari ruangannya karena Zaidan ingin ke toilet dan membersihkan diri. Rasanya aneh kalau setelah berhubungan tak langsung mandi sementara ia harus bekerja.

"Iya-iya."

Zaidan menghela napas lega lantaran Kenzi tak banyak bertanya dan langsung pergi dari ruangannya. Ia melepas jas dan kemejanya, setelah itu bersiap memasuki kamar mandi. Beruntungnya, ia memiliki beberapa setelan pakaian kerja karena sewaktu-waktu pernah lembur dan tidak sempat pulang walau hanya sekadar mandi dan berganti pakaian. Maka dari itulah, ia memerlukan pakaian ganti yang siap pakai di ruangannya.

"Loh? Abang mau ngapain?"

Gerakan tangan Zaidan yang ingin membuka pintu kamar mandi sontak terhenti. Lelaki itu menoleh ke belakang dan bisa melihat Kenzi sudah memasuki ruangannya lagi. Harusnya ia mengunci pintu saja tadi.

"Abang mau mandi? Mandi junub 'kan?" tebak Kenzi dengan alis yang bergerak turun-naik menggoda sang kakak. "Pantesan telat kalo ternyata habis ehem-ehem. Enak ya, Bang?"

"Berisik kamu!" Tanpa menghiraukan ledekan Kenzi, langsung saja Zaidan memasuki kamar mandi dan membiarkan adiknya itu tertawa puas. Pikirnya, nanti Kenzi akan merasakan hal yang sama jikalau sudah menikah.

Begitu telah selesai mandi, Zaidan langsung berpakaian sebab masih ada pekerjaan yang menunggu untuk diselesaikan. Apalagi sudah dua minggu ia absen dari urusan kantor.

***

"Muka lo kok pucet sih, Flo? Lo sakit?" tanya Zaidan heran saat ia menjemput istrinya usai pulang dari kantor. Ia meletakkan punggung tangannya di dahi Flora yang ternyata tidak panas.

"Nggak kok, gue nggak sakit. Tapi tadi perut gue sempat nyeri. Mau haid kayaknya," sahut Flora yang refleks meraih bedaknya dari tas hanya sekadar untuk bercermin.

"Beneran?"

"Iya, Zaidan Sayang. Lo khawatir 'kan sama gue?" tanya Flora berniat menggoda lelaki itu. Gantian, jangan ia terus yang digoda. Tetapi Zaidan juga harus digoda balik!

"Lo udah jadi istri gue, Flo. Ya kali gue nggak khawatir?" sahut Zaidan disertai senyuman tipisnya pada Flora. "Lagian, kalo lo lagi sakit, yang ada gue nggak dapat jatah kayak pagi tadi dong."

Niatnya menggoda sang suami, tetapi malah dirinya sendiri yang digoda. Sebab, kini wajah Flora sudah memerah karena diingatkan hal yang tadi pagi.

"Apaan sih!"

"Lo cantik kalo lagi malu-malu gini, Flo. Makin cantik kalo udah terbakar gairah."

"Mending stop deh mikir mesumnya. Lo fokus nyetir aja dulu," tegur Flora jengah.

"Iya-iya. Tapi ngomong-ngomong, emangnya lo udah mau haid?" tanya Zaidan saat ingat ucapan Flora sebelumnya.

"Iya. Emangnya kenapa?"

Unpredictable WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang