Zaidan mengusap wajahnya sambil menghela napas kasar. Ucapan sang istri saat mereka berada di meja makan tadi masih terngiang bagai kaset rusak di telinganya. Bagaimana mungkin Vanya bisa memiliki rasa seperti itu kepadanya? Demi Tuhan, mereka bersaudara kandung lantaran dilahirkan oleh wanita yang sama walaupun beda ayah.
Mereka tinggal di satu atap yang sama dan mendapatkan kasih sayang yang sama pula. Sejauh ini, Zaidan merasa kalau dirinya sudah bersikap sebagaimana seorang kakak yang baik terhadap adik-adiknya. Tetapi mengapa semuanya malah jadi seperti ini? Mengapa harus Zaidan yang menempati posisi krusial di hati adik bungsu kesayangannya itu?
"Masih nggak percaya ya?"
Menolehkan kepala ke samping kursi kemudi, bisa Zaidan lihat Flora sedang menatapnya. Ia mengangguk sebagai balasan atas tanya yang dilontarkan sang istri. Bagaimana bisa Zaidan percaya pada kegilaan ini?
"Dari kecil kami emang dekat, Flo. Tapi aku rasa kedekatan kami masih wajar. Gimana bisa Vanya sampai suka sama aku melebihi rasa sukanya terhadap saudara? Aku masih nggak habis pikir."
Flora tersenyum lembut seraya menyentuh tangan sang suami. "Sebenarnya aku udah ngerasain ini sejak kita belum nikah. Tepat pas kita makan siang di rumah kamu, Vanya keliatan nggak suka sama aku. Terus di hari pernikahan kita, Vanya tiba-tiba pingsan dan pengen ditemenin sama kamu. Terus lagi ini, aku yakin kalo dia emang punya rasa yang lebih sama kamu. Aku perempuan, Mas. Aku bisa ngerasain mana perempuan yang naruh rasa buat kamu. Nggak terkecuali adik kamu sendiri," jelas Flora. Lelaki memang makhluk yang tidak peka, termasuk suaminya itu.
Menghela napas berat sekali lagi, Zaidan ikut menyentuh tangan Flora yang tadi berada di atas punggung tangannya. Ia menggenggam tangan lembut istrinya itu sembari menatap mata Flora.
"Tapi kamu percaya kalo rasa yang kupunya buat Vanya cuma sebatas sayang terhadap adik 'kan?" tanya lelaki itu yang Flora balas anggukkan kepala. Zaidan pun bisa bernapas lega karenanya. "Aku cuma cinta sama kamu, Flo."
"Aku tau. Makanya aku ngizinin kamu jagain Vanya, meski aku tau adik iparku suka sama abangnya sendiri."
Zaidan tersenyum manis ketika mendengar ucapan istrinya itu. Kemudian, ia menghadiahi kecupan lembut di dahi Flora. Ia bahagia bisa memiliki istri yang begitu pengertian seperti Flora. Meski dulunya sering bertengkar, tapi sekarang mereka bisa begitu romantis. Roda kehidupan memang berputar dan akan indah pada waktunya.
Flora melepaskan tangan sang suami selepas menyalaminya karena ingin segera turun dari mobil lantaran mereka sudah cukup lama tiba di depan butiknya. "Aku turun dulu, Mas. Kamu hati-hati jalan ke kantornya."
"Iya, Sayang."
Setelah mencium kening istrinya, Zaidan pun kembali menjalankan mobilnya menuju kantor tempatnya bekerja. Sementara Flora segera melangkah memasuki butik.
Begitu sudah berada di butik, Flora terkesiap saat sang mama menghampiri dan langsung memeluknya erat. Raut kebahagiaan tak bisa disembunyikan dari wajah mamanya itu.
"Flora anak Mama! Ya ampun, kamu beneran udah hamil, Sayang? Seriusan di perut kamu ada calon cucu Mama? Bukan malah cacing perut kamu aja 'kan?"
Flora cemberut karena pertanyaan mamanya itu. Ia merasa malu sebab beberapa pegawai butiknya menatap mereka karena perkataan heboh mamanya. Apalagi mamanya itu sambil mengelus perutnya yang masih datar.
"Ternyata mantu Mama tokcer juga. Sampai bisa bikin kamu hamil padahal baru mau tiga minggu kalian nikah," ujar Dini bersemangat. Ia terlalu bahagia karena mengetahui Flora sudah berbadan dua. Cucunya yang sudah sangat dinanti sebentar lagi akan hadir di tengah-tengah keluarga mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable Wife
RomansIni cerita tentang Zaidan Willy Nugraha. Putra pertama pasangan Shanum-Andra (alm) dan Akbar (Unpredictable Wedding) *** Dulunya, Zaidan dan Flora merupakan teman sekelas yang tak pernah akur. Mereka sering bertengkar lantaran kesalahpahaman yang te...