Part 15 : Tanda Merah

2.9K 297 38
                                    

"Lo habis ngapain?"

Zaidan mengernyitkan keningnya, ia merasa kebingungan ketika mendengar pertanyaan Flora. Bukankah sang istri sudah tahu kalau dirinya baru saja keluar dari kamar mandi? Rambutnya masih sedikit basah dan bagian pinggang ke bawahnya hanya dililit handuk. Tidak cukupkah itu semua menjadi jawaban atas apa yang sudah ia lakukan?

"Lo sakit ya, Flo? Gue 'kan dari kamar mandi. Ya jelas aja habis mandi. Emang ngapain lagi di sana kalo bukan mandi?" sahutnya heran. Apakah mungkin salah tingkah bisa membuat seseorang lupa ingatan seperti yang dialami istrinya?

"Sembarangan! Gue sehat wal afiat kayak gini malah dibilang sakit. Ngeselin ya, lo!" tukas Flora tak terima.

"Lo yang ngeselin, Flora sayang. Udah jelas gue dari kamar mandi, malah ditanya habis ngapain. Emangnya lo mikir gue ngapain di dalam sana, hmn?" tanya Zaidan sembari melangkahkan kaki menuju kopernya yang berisi pakaian.

Setelah resepsi malam ini, rencananya besok mereka akan langsung pergi berbulan madu ke salah satu tempat yang dikenal dengan keromantisannya untuk pasangan pengantin baru. Tentu saja bulan madu sudah jauh-jauh hari diagendakan oleh keluarga mereka yang ingin segera mempunyai cucu. Sebagai anak yang berbakti, Zaidan dan Flora hanya bisa menurut karena sekalian liburan.

"Nggak mikirin apa-apa," sahut Flora berkilah. Ia langsung memalingkan wajah ke arah lain ketika melihat sang suami sedang memakai pakaian. Sebab, wajahnya lagi-lagi memanas kala mengingat perihal sesuatu yang ada di balik celana suaminya dan terasa keras saat menekan pahanya tadi.

"Masa sih?"

Begitu sudah selesai berpakaian, Zaidan pun kembali menghampiri Flora yang bersandar di kepala ranjang. Ia memposisikan dirinya di samping Flora dan membawa sang istri agar lebih mendekat padanya.

"Mandi bareng, lo nggak mau, sekarang kita tidur bareng ya," ujar Zaidan yang ternyata juga membuat wajah Flora memerah. Meski ucapan sang suami terdengar apa adanya dan tanpa mengandung konotasi lain, tetap saja Flora merasa malu.

"Apa sih dekat-dekat gue, nanti kalo yang di bawah bangun lagi 'kan repot urusannya," ujar Flora menyindir. Zaidan yang mendengarnya pun terkekeh saja.

"Kalo lo diem dan nggak ngapa-ngapain, dia juga nggak bakal bangun kok, Flo. Makanya mending kita tidur daripada dia udah bangun duluan. Nanti malam kita masih ada resepsi loh," sahut Zaidan menanggapi. Meski tidak bersuara lagi, tapi Zaidan bisa melihat rona merah di pipi istrinya saat dirinya peluk.

Oh ayolah, mereka sudah sah dan wajar jika tidur berpelukan. Lebih dari pelukan pun boleh dilakukan. Tapi bukan sekarang waktu yang tepat. Saat ini mereka perlu beristirahat agar nanti malam tidak kelelahan.

"Tidur, Flora sayang. Atau lo mau gue tidurin?" Zaidan bertanya sambil menggerakkan alis menggoda karena Flora malah menatapnya dan bukannya beristirahat. Ia tidak tahu jika Flora berusaha kuat mengendalikan degup jantungnya yang menggila karena dipeluk.

"Mesum!" Flora memukul dada sang suami yang hanya dibalas tawa kecil oleh Zaidan. Kemudian, lelaki itu malah mengecup bibirnya yanga berhasil membuat Flora terdiam. Flora ingin lebih, tapi sayang Zaidan telah melepas tautan bibir mereka.

"Nanti malam kita terusin ya, Sayang. Siapa tau aja lo berubah pikiran dan mau bermalam pertamaan sama gue," bisik Zaidan.

Flora memang malu dan salah tingkah tiap berdekatan dengan sang suami. Tapi ia tak menolak apa yang Zaidan lakukan padanya. Ia menikmati ciuman mereka dan siap-siap saja jika suaminya itu menagih hak. Malah ia merasa penasaran juga tak sabar menunggu malam pertama mereka.

Setelah beberapa waktu berlalu, pasangan pengantin baru itu terlelap ke alam mimpi sambil berpelukan. Cukup lama mereka tidur dan terbangun kala hari sudah mulai sore.

Unpredictable WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang