Acara pernikahan Zaidan dan Flora berjalan lancar juga meriah dengan banyaknya tamu yang datang. Keluarga besar mereka sedang berkumpul untuk ikut merayakan hari bahagia salah satu anggotanya.
"Selamat ya, akhirnya ponakan Om nemuin jodohnya juga."
Zaidan tersenyum kemudian mengucapkan terima kasih kala saudara tertua mamanya datang seraya memberikan selamat untuk pernikahannya dan Flora. Ia berpelukan khas lelaki dengan Gio, lalu dengan Bastian, omnya yang lain. Sedangkan tante-tantenya tengah bercengkrama dengan Flora.
Melihat para orang tuanya bersama Zaidan, sepupu-sepupunya pun langsung bergabung dan ikut mengucapkan selamat. Mereka memang seramai itu jika berkumpul. Meski orang tua Zaidan hanya tiga bersaudara, tapi anaknya banyak.
"Thanks ya, karena kalian udah pada datang," ucap Zaidan tulus.
"Sama-sama. Lagian, ya jelaslah kita semua bakal datang ke acara nikahan lo. Kita juga mau nyaksiin hari bahagia kalian," balas Airin, sepupu perempuannya yang kembar itu sigap menyahut. Anak dari tante Keisha dan Om Bastian.
"Selamat datang di keluarga besar kami ya, Flora. Maklumin kalo keadaannya gini. Kami emang keluarga besar, jadinya selalu rame kalo udah ngumpul," ujar Meisha, sepupunya yang merupakan anak kedua dari Om Gio dan tante Zia.
"Makasih ya, Mbak. Iya nggak apa-apa kok. Aku malah senang ngeliat kalian rame gini," sahut Flora menanggapi. Ia merasa takjub pada kekompakan keluarga suaminya itu. Sebab, ia dan Candy hanya dua bersaudara. Sepupunya yang lain pun tak sehangat para sepupu Zaidan.
"Mulai sekarang kamu udah jadi bagian dari keluarga kami juga. Jadi nggak usah sungkan ya. Nanti main aja ke rumah."
Flora mengangguk mengiyakan. Saat dirasa sudah cukup bercengkrama, keluarga sang suami mulai pamit kala melihat teman-teman sekolah mereka datang.
"Selamat menempuh hidup baru buat kalian berdua. Dunia benar-benar sempit ternyata. Dulu sering berantem di kelas, habis ini pasti berantemnya di atas kasur ya."
Zaidan hanya tertawa sebagai balasan atas ucapan teman mereka itu. Sedangkan Flora terdiam dengan wajah merona. Sama seperti apa yang dilakukan dengan keluarga Zaidan tadi, mereka mengobrol sebentar kemudian berphoto bersama.
"Sekali lagi selamat buat kalian. Moga cepat dikasih momongan ya."
Ucapan selamat yang keduanya dapat pasti dibarengi dengan harapan agar mereka lekas diberi keturunan. Mereka pun mengaminkan saja doa yang baik-baik.
Acara resepsi berlangsung meriah sampai selesai tepat pada jam sebelas malam. Flora sudah mulai terlihat kelelahan dan mengantuk karena berdiri cukup lama manakala kakinya mengenakan heels. Pun gaun pengantin dan riasannya yang semakin menambah lelah.
"Kita bersihin make up kamu dulu ya, Sayang. Baru habis itu kalian istirahat," ujar Dini yang Flora balas anggukkan kepala. Perempuan itu sudah lelah dan ingin segera merebahkan diri kasur. Flora merasa tidak sanggup lagi jikalau harus memenuhi kewajiban sebagai seorang istri tepat pada malam ini juga. Semoga saja Zaidan bisa mengerti.
Ketika Flora melangkah menuju kamar hotel mereka, Zaidan memutuskan menghampiri adik-adiknya terlebih dahulu. Keempat adik lelakinya bergantian mengucapkan selamat disertai godaan untuknya sebagai pengantin baru. Sedang adik bungsunya lagi-lagi hanya diam saja yang membuat Zaidan keheranan.
"Kamu kenapa? Nggak lagi sakit 'kan?" tanya Zaidan perhatian. Ia menggerakkan tangan untuk menyentuh dahi Vanya yang ternyata tidak terasa panas. Tapi wajah adiknya itu terlihat tak bersemangat.
"Nggak. Tapi aku ngerasa sedikit pusing aja, Bang," sahut Vanya mencoba tersenyum.
"Yang bener?"
"Heem."

KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable Wife
RomanceIni cerita tentang Zaidan Willy Nugraha. Putra pertama pasangan Shanum-Andra (alm) dan Akbar (Unpredictable Wedding) *** Dulunya, Zaidan dan Flora merupakan teman sekelas yang tak pernah akur. Mereka sering bertengkar lantaran kesalahpahaman yang te...