Part 25 : Kangen

1.5K 309 18
                                    

Flora hamil? Kakak iparnya tengah berbadan dua? Vanya dibuat hampir tak bisa bernapas untuk beberapa detik kala mendengar berita itu. Kehadiran kakak iparnya di hidup Zaidan saja telah berhasil membuatnya tidak begitu disayang oleh kakaknya lagi. Dan kini, malah ditambah dengan kehamilan Flora. Semakin lengkaplah penderitaannya.

Rasa tidak suka Vanya terhadap Flora kian bertambah karena adanya berita kehamilan itu. Apalagi kehamilan Flora terhitung sangat cepat sejak pernikahannya dengan Zaidan. Baru dua minggu lebih empat hari, tapi kakak iparnya sudah dinyatakan hamil. Yang benar saja?

Vanya mulai berpikir kalau sebenarnya Flora tidaklah sebaik yang keluarganya kira. Bisa jadi wanita itu sudah lebih dulu hamil sebelum pernikahan terjadi. Dan mungkin pula jikalau yang sekarang ada dalam kandungan Flora bukanlah anak abangnya. Ya, siapa tahu saja begitu. Vanya akan mencari bukti nyatanya agar Zaidan tidak dibohongi terus-menerus.

Gadis itu sibuk dengan pemikirannya sendiri tentang kemungkinan Flora hamil anak lelaki lain. Jika benar begitu, Vanya bisa memakai bukti itu untuk memisahkan Flora dari Zaidan. Namun, Vanya seolah lupa kalau seandainya mereka pisah pun, ia tetap tidak akan pernah bisa mendapatkan Zaidan sebab bersaudara.

"Ma... Vanya pengen pulang," rengeknya pada Shanum. Vanya tidak ingin tetap bertahan di rumah sakit tanpa ditemani Zaidan, juga tak ingin ditemani oleh kakaknya itu kalau Flora masih ada di sana bersama mereka. Vanya hanya ingin bersama sang kakak, bukannya Flora.

"Tapi kamu masih sakit, Sayang," sahut sang mama sembari mengelus rambutnya. Vanya menggeleng tak setuju, ia sudah tidak betah di rumah sakit itu.

"Pleasee, Ma..."

Shanum terlihat menghela napas berat lantas menatap Akbar untuk meminta bantuan agar bisa membujuk anak bungsu mereka itu. Sang suami pun mendekat pada mereka dan duduk di samping anaknya. Kemudian, Akbar meraih Vanya ke dalam pelukan hangatnya. "Dokter tadi sempat bilang sama Papa, kalo kamu itu masih harus banyak istirahat. Jadi, malam ini kamu di sini dulu ya, nanti Papa sama Mama bakal nemenin. Besok kalo udah baikan, Papa coba bicara sama dokternya," bujuk Akbar. Ia sempatkan mencium puncak kepala putrinya itu.

"Tapi Vanya pengen pulang, Pa. Vanya nggak betah di sini."

"Sayang... Ini demi kebaikan kamu juga. Papa nggak tenang kalo kamu belum benar-benar pulih. Nurut sama Papa ya, Sayang."

"Ya udah. Tapi Abang harus nemenin Vanya di sini," sahut Vanya seraya menatap Zaidan yang berdiri di sebelah Flora. "Abang sendiri aja."

Akbar yang mendengar permintaan anaknya itu sontak mengangkat wajahnya dan saling tatap dengan Shanum. Kemudian, keduanya sama-sama menatap Zaidan. Tentu Zaidan merasa serba salah sekarang ini. Di satu sisi, istrinya tengah hamil dan pasti membutuhkan dirinya, tapi di sisi yang lain sang adik malah hanya ingin ditemani olehnya.

"Abang mau nemenin Vanya 'kan?" tanyanya langsung pada Zaidan.

"Sebenarnya Abang mau nemenin kamu, Dek. Tapi sekarang ini istri Abang lagi hamil muda. Takutnya kak Flora perlu sesuatu pas Abang nggak ada di samping dia."

Vanya merasa kesal karena penolakan yang dilakukan Zaidan. Benar seperti dugaannya, kalau ia semakin tak disayang lantaran Flora sudah hamil.

"Abang jahat! Abang nggak sayang sama aku lagi!"

"Nggak gitu, Dek. Abang masih sayang sama kamu."

"Bohong!"

Zaidan menoleh pada Flora ketika sang istri menyentuh lengannya. Istrinya itu mengulas senyum lembut yang entah mengapa terasa tak sampai ke matanya. "Aku nggak apa-apa. Malam ini kamu nemenin Vanya aja ya."

Unpredictable WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang