Part 26 : Morning Sickness

1.5K 314 37
                                    

Keesokan paginya, Flora terbangun dari tidur lelapnya dengan kepala yang terasa sangat pusing. Wanita itu bangkit dari berbaringnya kemudian duduk bersandar di kepala ranjang sembari memijit pelipisnya. Tidak biasanya ia merasakan pusing seperti ini setelah bangun tidur.

Tak hanya pusing, Flora juga seperti merasa jika perutnya sedang diaduk-aduk. Bergegas ia melangkah menuju kamar mandi. Sebelum nantinya malah muntah di lantai kamar.

Huek huek!

Tidak ada yang keluar selain air liur. Setelah membilas mulutnya dengan air, Flora meraih tisu untuk mengeringkan bibirnya. Ia menatap wajahnya yang terlihat pucat melalui cermin di kamar mandi.

"Jangan rewel ya, Sayang," gumamnya sambil mengelus perut. Yang sekarang terjadi, pasti karena kehamilannya. Ia mengalami morning sickness.

Setelah tak begitu mual lagi, Flora kembali ke kamar. Ia ingin beristirahat sebab kepalanya masih terasa sedikit pusing. Semakin pusing saja manakala ia melangkahkan kaki. Hingga Flora nyaris terjatuh kalau tidak berpegangan di dinding kamar.

"Ya ampun, Sayang. Kamu kenapa?"

Flora menolehkan kepalanya ke pintu kamar mereka yang terbuka saat mendengar suara kesiap kaget sang suami. Suaminya itu sigap menghampiri dan menuntunya menuju kasur.

"Cuma sedikit pusing aja," sahut Flora ketika ia sudah duduk di atas kasur diikuti suaminya itu. Zaidan meraih dan menggenggam tangan kanannya, lantas membawanya ke bibir untuk dikecup. Hal kecil yang Zaidan lakukan, tetapi bisa membuatnya berbunga.

"Lain kali, kamu lebih hati-hati ya. Aku nggak mau kalo sampai kamu sama anak kita ada apa-apa. Aku takut kehilangan kalian berdua, Sayang."

"Iya. Nanti aku lebih hati-hati lagi biar kamu nggak khawatir," sahut Flora masih sambil tersenyum. "Tapi, kamu kok udah pulang aja? Vanya gimana?" tanya Flora penasaran.

"Aku pulang karena khawatir sama kamu. Aku juga udah kangen banget sama kamu, Flora." ujar Zaidan menjelaskan. Ia membawa Flora ke dalam pelukannya sambil mencium puncak kepala sang istri.

Flora yang diperlakukan seperti itu pun balas memeluk Zaidan. Ia melingkarkan tangan di pinggang sang suami sembari menyenderkan wajahnya di dada bidang suaminya itu. "Tapi Vanya gimana? Masa dia sendirian sih?"

"Siapa bilang Vanya sendiri? Ada Papa kok di sana. Tadi pagi-pagi Papa datang dan nyuruh aku pulang buat nemenin kamu," balas Zaidan sambil menatap mata sang istri. Ia menunduk kemudian menyapu lembut bibir Flora dengan bibirnya. "Kangen banget sama kamu, Flora," bisik Zaidan lagi.

"Apa sih! Jangan gombal deh!" cibir Flora malu dan salah tingkah. Ia berusaha memalingkan wajahnya ke arah lain. Sementara suaminya itu malah ingin memakukan pandangannya.

"Aku serius, Sayang. Aku kangen berat sama kamu. Aku mau puas-puasin nyium bibir kamu boleh?"

"Cuma nyium?" tanya Flora dengan pipi yang sudah merona.

"Iya. Saat ini 'kan kamu lagi hamil muda. Aku nggak berani ngajak kamu berhubungan dulu. Takut anak kita kenapa-napa. Jadi boleh 'kan kalo aku cium bibir kamu?"

Jantung Flora terasa berdegup sangat cepat karena ditatap intens oleh suaminya. Dengan malu-malu, ia menganggukkan kepala. Hingga kemudian, Flora merasakan sapuan lembut di bibirnya. Kini, bibirnya sudah beradu dengan bibir suaminya.

"Sayang... Jangan mulai deh." Zaidan langsung menahan tangan Flora yang sudah mengelus dadanya. Pun menjauhkan wajah istrinya itu dari lekukan lehernya. "Cukup aku yang nyium bibir kamu. Kamu nggak usah nyerang balik ya. Nanti susah urusannya." Zaidan paling tak bisa menahan diri kalau Flora sudah bersikap agresif. Bagian bawahnya mudah tegang dan terangsang. Terlalu berbahaya kalau mereka nekat berhubungan badan di saat kehamilan Flora masih sangat rentan.

Unpredictable WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang