Part 14 : Hari Pernikahan

2.1K 330 41
                                    

Pandangan mata Zaidan terpaku di satu titik, yakni menatap Flora. Wanita itu terlihat amat cantik hari ini. Padahal biasanya Flora sudah cantik, dan kian bertambah cantik lantaran memakai gaun pernikahan. Jika saja mereka sudah melangsungkan akad nikah, rasanya Zaidan ingin segera memeluk dan mencium Flora untuk meluapkan rindunya karena dua minggu sudah tak bertemu.

Sebentar lagi, mereka akan melakukan akad nikah. Mereka akan menjadi pasangan suami istri kurang dari satu jam mendatang. Hanya kurang dari satu jam, tapi Zaidan merasa tak sabar lagi. Ia ingin segera memiliki Flora.

Empat minggu lalu, boleh jadi Zaidan merasa berat dan terpaksa untuk menikahi Flora. Ia merasa keputusan menikahi Flora adalah hal gila dan konyol. Tapi tidak dengan sekarang, ia sama sekali tak terpaksa. Malah tak sabar lagi menunggu mereka berdua sah.

"Hari ini lo cantik banget, Flo." Zaidan berbisik kecil kala Flora sudah berada di sampingnya. Bisa ia lihat, wajah Flora yang semula sudah agak kemerahan karena memakai blush on, kian bertambah merah saja usai mendengar ucapannya. Alhasil, calon istrinya itu terlihat menggemaskan di matanya.

Zaidan terpaksa harus memutus tatapannya dari Flora ketika mendengar suara penghulu yang menanyakan kesiapan mereka. Merasa sudah sangat siap, ia sigap menganggukkan kepala dengan mantap. Lantas, ia menjabat tangan papanya Flora untuk memulai prosesi nikah.

"Saya terima nikah dan kawinnya Laurensa Flora Anindya binti Evan Atmajaya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

Hanya dengan sekali tarikan napas Zaidan berhasil mengucapkannya. Ia bisa bernapas lega ketika terdengar seruan sah dari para saksi. Yang itu berarti kalau sekarang ia dan Flora telah resmi menjadi pasangan suami istri.

Seutas senyum hangat terukir di bibir Zaidan ketika Flora meraih tangan kanannya dan menyematkan cincin nikah di jari manisnya. Lalu, wanita yang sudah menjadi istrinya itu mengecup punggung tangannya. Zaidan pun melakukan hal yang sama, memasangkan cincin nikah di jari manis Flora. Setelah itu, ia mengecup kening Flora mesra yang spontan membuat istrinya memejamkan mata.

"Zaidan!" seru Flora gusar ketika sang suami malah memiringkan wajah. Ia bisa menebak apa yang ingin lelaki itu lakukan terhadapnya karena sudah dua minggu mereka tak bersua, juga tidak berciuman. Tapi tak bisakah lelaki itu menunggu hingga acara selesai?

Zaidan terkekeh kecil ketika melihat Flora memelototinya. Tanpa menghiraukan protes dari sang istri, ia tetap bertahan di posisinya semula lantas membenarkan tatanan rambut istrinya yang agak kurang rapi. Begitu sudah selesai dengan urusan rambut Flora, lelaki itu sengaja berbisik di telinganya. "Jangan geer dulu, gue tau tempat kok. Nanti di kamar aja 'kan, istriku?"

Wajah Flora sudah memanas karena Zaidan berucap seperti itu seraya mengecup pipinya di hadapan para tamu. Beruntungnya mereka sudah sah, sehingga yang melihat itu hanya senyam-senyum tak jelas. Begitu juga halnya dengan penghulu yang sengaja berdeham sebelum meminta mereka menandatangani berkas pernikahan juga buku nikah.

Selama pembacaan doa, Flora menunduk dan tak berani mengangkat wajahnya. Ia masih belum bisa mengendalikan diri kala bertemu pandang dengan sang suami. Untungnya ia tak harus selalu fokus pada Zaidan karena setelah ini ada sesi photo bersama keluarga. Belum lagi dengan teman-temannya maupun teman-teman Zaidan yang menyempatkan hadir di acara akad, meski nanti malam ada puncak resepsi.

Flora dibuat tak bisa bernapas untuk sesaat ketika Zaidan merengkuh pinggangnya amat mesra, padahal ia sengaja membuat jarak di antara mereka—walaupun jarak yang dirinya maksud hanya sejengkal. Namun kini, mereka sudah tak berjarak lagi.

"Lo gugup nggak sih, Flo?"

Gugup? Tentu saja iya! Flora merasa sangat gugup menjelang acara pernikahan mereka. Pun, bertambah gugup ketika dipeluk Zaidan seperti ini.

Unpredictable WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang