Part 20 : Kado Pernikahan

1.8K 303 30
                                    

Dua minggu terasa cepat berlalu karena baik Zaidan maupun Flora sama-sama menikmati. Sepasang pengantin baru itu menghabiskan waktu bulan madu dengan berjalan-jalan dan tak kelupaan tiap malam bermesraan di atas tempat tidur. Hanya sekadar berciuman dan bercumbu atau bahkan sampai ke tahap inti permaian. Yang jelas, tiada hari bagi mereka tanpa berciuman bibir.

Sekarang ini mereka sudah dalam perjalanan pulang lantaran keesokan hari akan kembali beraktivitas seperti sebelum menikah. Zaidan masih harus bekerja seperti biasanya, begitu juga halnya dengan Flora yang sudah cukup lama meninggalkan butik.

"Kita pulang ke mana?" tanya Flora sembari menyenderkan wajahnya di bahu suaminya. Bermesraan dengan Zaidan seolah menjadi kebiasaan baru untuknya.

"Ke rumah orang tua gue dulu nggak apa-apa 'kan? Pernikahan kita mendadak, jadinya gue belum sempat beli apalagi bikin rumah," sahut Zaidan menjelaskan.

Tinggal di rumah orang tua Zaidan, itu berarti Flora akan sering bertemu adik iparnya yang paling bungsu. Semoga seiring berjalannya waktu, Vanya bisa menghapus perasaannya terhadap Zaidan dan tak akan mengganggu keharmonisan rumah tangganya yang baru seumur jagung.

Zaidan telah menjadi suaminya. Sudah pasti Flora akan mempertahankan lelaki itu agar tetap berada di sisinya. Apalagi suami dan adik iparnya jelas tak akan mungkin bersatu.

"Iya nggak apa-apa. Nggak jadi masalah kita mau tinggal di mana."

"Syukurlah." Zaidan menghela napas lega dan mengacak rambut Flora.

"Heem. Gue masih ngantuk. Gue tidur dulu ya."

Zaidan geleng-geleng kepala karena kerjaan Flora hanya tidur saja sejak mereka di dalam pesawat. Walaupun demikian, ia mengiyakan saja lantaran tahu Flora kurang tidur akibat melayani hasratnya.

Bersama Flora, Zaidan seolah menjadi orang yang berbeda. Ia seperti lelaki mesum yang hanya memikirkan tentang selangkangan. Sebab, hampir tiap malam ia mengajak Flora berhubungan intim.

"Gue sayang lo, Flo," bisiknya di telinga Flora. Empat minggu mereka dekat setelah sekian lama tak bertegur sapa, kemudian ditambah dua minggu setelah mereka resmi menikah, dilengkapi dengan kenyataan dirinya yang selalu ingin menghabiskan sepanjang waktu bulan madu bersama Flora, ia yakin jikalau rasa sayang itu sudah ada. Atau bahkan ia sudah mencintai Flora.

Zaidan tahu kalau Flora masih mendengar ucapannya dari senyum yang tiba-tiba terbit di bibir istrinya. Kemudian, wanitanya malah mengecup bibirnya singkat sebelum kembali memejamkan mata.

Senyum Zaidan semakin mengembang. Lelaki itu tak peduli jika sopir taksi senyam-senyum saat melirik perbuatan mereka dari cermin.

Setelah beberapa waktu dalam perjalanan, akhirnya mereka tiba juga di kediaman orang tuanya. Zaidan yang merasa tidak tega jika harus membangunkan istrinya pun langsung menggendongnya saja memasuki rumah saat kebetulan berpapasan dengan Vanya.

"Tolong urusin barang-barang dulu ya, Adik Abang tersayang. Soalnya istri Abang lagi tidur, nggak tega kalo harus dibangunin," ujar Zaidan meminta tolong. Ia tak tahu saja jika Vanya cemberut lantaran merasa cemburu.

Dua minggu tak bertemu Zaidan, Vanya rindu pada kakak tertuanya itu walaupun mereka pernah berteleponan atau bahkan melakukan video call. Sayang sekali, selalu ada Flora di sana yang membuat Vanya kesal. Sekarang pun, di saat ia buru-buru keluar rumah ketika tahu sang kakak pulang dan berharap dapat pelukan hangat, nyatanya ia malah melihat Zaidan yang menggendong Flora.

Sementara itu, Flora yang sebenarnya sudah membuka mata hanya mengulas senyum dan membiarkan suaminya menggendongnya ke kamar. Kini, ia malah melingkarkan tangan di leher Zaidan sembari mencium rahang tegas sang suami. Ia memang sengaja melakukan itu dengan harapan Vanya lekas sadar kalau perasaannya salah. Selain saudara kandung, Zaidan sudah menjadi suaminya.

Unpredictable WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang