Part 21 : Sejenis Balon?

1.7K 304 27
                                    

"Gue berangkat ke kantor dulu ya."

Flora menganggukkan kepala ketika Zaidan pamit padanya. Sekarang ini mereka sudah tiba di depan butiknya setelah tadi berangkat bersama. Dan kini, Zaidan akan melanjutkan perjalanan menuju kantor lelaki itu.

"Hati-hati," pesan Flora.

"Iya," sahut Zaidan. Ia melangkah maju untuk semakin mendekat pada sang istri. Lantas, ia kecup mesra kening Flora. "Kayaknya nggak ada orang deh, Flo. Gue boleh nyium bibir lo?" Zaidan bertanya cukup pelan setelah sempat melirik keadaan sekitar. Mau di mana pun itu tempatnya, entah mengapa bibir Flora selalu berhasil menggodanya.

Yang ditanya wajahnya sudah memerah bak kepiting rebus lantaran malu. Tapi kemudian, Flora mengangguk singkat dan mengizinkan Zaidan menciumnya. "Ya udah, tapi buruan."

"Iya, Sayang." Setelah mendapat izin, Zaidan langsung meraih pipi Flora lalu menyentuhkan bibir mereka. Ia sedikit melumat bibir istrinya yang sudah menjadi candu. Sekarang ini saja dirinya seperti tak ingin melepaskan pagutan bibir mereka. Selalu saja Zaidan merasa lupa diri ketika sedang mencium bibir Flora.

Ciuman bibir Zaidan memang memabukkan dan membuat Flora merasa kecanduan. Tapi, ia masih menyadari di mana tempat mereka berada. Hingga terpaksa ia harus mendorong dada sang suami menjauh meski sebenarnya masih mendambakan ciumannya. Andaikan mereka masih di dalam mobil, mungkin Flora akan meladeni ciuman Zaidan karena tidak terlihat orang lain. Namun sekarang, mereka sudah tidak di dalam mobil lagi lantaran tadi Zaidan menyusulnya keluar.

Zaidan terkekeh kecil manakala mendapati respons malu-malu istrinya. Ia mendaratkan kecupan singkat di dahi Flora. "Ya udah, gue berangkat sekarang," pamitnya lagi. Ia sudah ingin melangkahkan kaki meninggalkan Flora, tetapi sang istri malah menahan pergelangan tangannya. Sebersit senyum manis muncul di sudut bibir Zaidan ketika Flora meraih lantas menyalami punggung tangannya.

Walaupun dulunya hubungan mereka tak akur, tetapi sekarang ini mereka sudah menikah. Mereka suami istri sungguhan tanpa adanya kontrak pranikah dan sejenisnya. Hubungan ranjang mereka juga nyata dan rutin terjadi. Apalagi, ditambah dengan sikap manis Flora yang berperan sebagai istri yang baik. Mana bisa Zaidan tidak merasa senang?

Baik Zaidan maupun Flora sama-sama dapat menerima pernikahan dan menikmati status mereka yang sekarang.

Saking menerimanya, rasanya Zaidan malah ingin membawa Flora ke ruangan istrinya itu dan menyerangnya dengan kenikmatan. Yah, pikiran mesum kembali memenuhi kepalanya yang memang terlanjur kotor setelah pernah melihat istrinya telanjang. Sebab kini, Zaidan malah berpikir ingin mencumbu Flora sampai akhirnya mereka berdua mencapai puncak dengan dirinya yang menembakkan sperma di dalam Flora, agar istrinya itu bisa segera hamil.

"Kayaknya gue berubah pikiran deh, Flo. Gue mau di sini aja nemenin lo," bisik Zaidan di dekat leher sang istri disertai tiupan napas hangatnya.

"Lah kok? 'Kan lo mesti kerja?"

"Maunya gue, ngerjain lo aja!"

Flora memelototkan matanya ketika Zaidan meraih tangannya dan mengajaknya masuk ke butik. Wajahnya sudah memerah lantaran bisa menebak apa yang diinginkan suaminya itu, dari matanya yang berkilat penuh hasrat. Oh astaga, ini masih pagi dan bisa-bisanya Zaidan sudah berpikiran mesum tentangnya. Mentang-mentang semalam mereka hanya tidur dan tidak melakukan apa pun karena kelelahan.

"Zaidan! Lo mau ngapain ngajak gue ke sini?" tanya Flora basa-basi. Ia masih merasa malu karena tadi sempat berpapasan dengan para pegawai butiknya yang datang lebih dulu.

"Lo pasti tau maksud gue, Flora sayang. Gue nggak bisa fokus kerja kalo yang di bawah udah tegang," sahutnya sembari mengecup daun telinga Flora. Zaidan segera mengunci pintu ruangan sang istri dan menghempaskan diri ke sofa bersama Flora. Hingga istrinya itu terduduk di atas pangkuannya.

Unpredictable WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang