Satu hari tak bertemu Flora, Zaidan merasa jika hari-harinya masih berlangsung seperti biasa. Lagi pula, mereka tetap berkomunikasi melalui ponsel meskipun diselingi perdebatan. Sepertinya motto hidup mereka adalah "tiada hari tanpa berdebat".
Dua hari tak bertemu, entah mengapa sudah mulai ada perubahan. Muncul setitik rindu di hati Zaidan. Rindu pada perempuan bernama Flora yang merupakan calon istrinya. Rindu memandang wajah merona Flora saat dirinya goda ataupun cium.
Tiga hari, rasa rindu itu semakin menjadi-jadi. Zaidan sendiri tak mengerti mengapa dirinya bisa merasakan rindu yang tak tertahankan terhadap Flora. Padahal tiap bertemu, selalu perdebatan yang terjadi.
Semakin hari, rasa rindunya kian bertambah kuat. Zaidan bertanya-tanya mengapa bisa seperti itu? Apakah jangan-jangan, secara tanpa sadar ia sudah mulai menyukai Flora? Sebab, rasanya tidak mungkin kerinduan bisa membuat kacau hari-harinya jika tak cinta.
Sekarang ini sudah lebih dari seminggu yang lalu Zaidan tak bertemu Flora. Sebentar lagi, pernikahan mereka akan digelar. Sebentar lagi, mereka bisa bertemu untuk meluapkan kerinduan yang tak lagi bisa dibendung.
"Flo, gue kangen," ujar Zaidan ketika sedang berteleponan dengan Flora. Ia tak bercanda sama sekali lantaran memang merindukan calon istrinya itu.
"Masa?"
Lelaki itu tersenyum karena membayangkan wajah Flora yang merona akibat ucapannya. Pasti tampak cantik dan menggemaskan.
"Serius. Gue kangen banget sama lo," tambah Zaidan lagi. Tak dirinya dengar sahutan dari sana, yang mungkin saja Flora salah tingkah. "Kangen banget sama ciuman lo."
"Zaidan mesum!"
Suara kekehan kecil terdengar melalui celah bibir Zaidan ketika mendapati respons Flora. Bisa dirinya tebak, kalau Flora tengah kesal dengan bibir yang cemberut. Andai ia sedang di sana, Zaidan tak merasa keberatan untuk membungkam bibir tunangannya itu ke dalam lumatan panas. Tak keberatan sama sekali, malah dengan senang hati akan ia lakukan.
Ugh, lagi-lagi Zaidan bisa berpikiran mesum tentang Flora. Sabar. Tinggal sebentar lagi, mereka menikah dan boleh berciuman bibir sepuasnya. Lebih dari sekadar ciuman pun halal.
"Gue serius kangen sama lo kok, Flo. Emang lo nggak kangen sama gue?"
"Nggak tuh!"
"Ah masa? Kalo kangen sama gue, ngaku aja kali, Flo. Gue nggak bakal marah. Malah nanti bakal gue kasih hadiah pas kita ketemu."
"Hadiah apaan dulu nih? Kalo menggiurkan, boleh deh gue bilang kangen sama lo meski sebenarnya nggak kangen sama sekali."
Tunangannya itu teramat keras kepala dan gengsinya tinggi. Padahal, Zaidan yakin jika Flora juga merindukannya. Tetapi, apa yang keluar dari bibir Flora sering kali tak sejalan dengan isi hati dan pikirannya.
"Gue kasih ciuman di bibir sepuasnya. Lo mau 'kan?" sahut Zaidan sembari terkekeh. "Tapi, berhubung kita ketemu nanti pas udah nikah, jadi gue bakal ngasih yang lain. Yang belum pernah kita rasain sebelumnya. Pastinya lo nggak bakal nolak kan?"
Satu detik belum ada jawaban. Dua detik pun masih sama. Hingga di detik ketiga, tiba-tiba sambungan telepon mereka terputus. Merasa belum puas menggoda Flora untuk mengobati kerinduannya, Zaidan kembali menghubungi wanita itu.
"Apa lagi?" sahut Flora ketus.
"Kok lo matiin telpon gue sih, Flora sayang?"
"Habisnya bahasan lo nggak mutu, Zaidan! Mesum mulu yang ada di otak lo. Heran gue, kenapa bisa-bisanya Papa sama Mama setuju kalo kita nikah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable Wife
RomanceIni cerita tentang Zaidan Willy Nugraha. Putra pertama pasangan Shanum-Andra (alm) dan Akbar (Unpredictable Wedding) *** Dulunya, Zaidan dan Flora merupakan teman sekelas yang tak pernah akur. Mereka sering bertengkar lantaran kesalahpahaman yang te...