11

14.4K 1.4K 51
                                    

Sudah seminggu berlalu sejak renjun yang mengakui kalau chenle adalah anaknya. Sekarang dia sedang bersantai di apartemennya sembari menonton televisi karena ini adalah hari Sabtu hari yang selalu dinantikan oleh Huang Renjun atau siapapun di dunia ini yang pastinya.

Tapi acara bersantainya di ganggu oleh telpon dari sang sahabat, haechan yang mau tidak mau harus dia angkat segera.

"Hmm?"

"Injunie. Apa kau mau ikut denganku?"

"Kemana?"

"Menemui jeno."

"Apa maksudmu? Apa kau akan memberitahu jeno semuanya sekarang?" Kaget renjun.

"Tidak. Aku masih belum siap."

"Lalu kenapa ingin bertemu dengan jeno?"

"Tiga hari yang lalu aku bertemu dengannya dan jisung. Lalu jisung memaksaku untuk ikut bersama dengannya dan ayahnya hari ini untuk bertamasya." Ucap haechan.

"Aaaa, kalau begitu aku tidak ikut. Ini hari bersantai bagiku. Ditambah lagi beberapa hari ini pekerjaan sangat banyak sekali." Ucap renjun yang memang sengaja membiarkan mereka.

"Bukannya kau sudah terbiasa?"

"Ntahlah. Tapi aku sangat lelah dan hanya ingin istirahat saja haechan. Mianhe." Ucap renjun.

"Aaa, baiklah. Selamat istirahat kalau begitu. Ingat jangan sampai sakit." Ucap haechan.

"Hmm." Ucapnya lalu mematikan ponselnya dan kembali menonton acara televisi dengan cemilan yang sudah dia sediakan.


































______________


















At. Mansion Na.

Jaemin baru saja turun dari lantai tiga kamarnya dan diapun melihat bibi kwon yang berusaha memberikan chenle makan tapi anak itu tetap saja menolaknya. Hingga jaemin mengambil makanan itu dari bibi kwon dan menyuruh bibi kwon untuk pergi biar dia saja yang mengurus chenle.

"Lele. Daddy bilang apa? Kenapa tidak makan? Bagaimana kalau nanti sakit lagi?" Ucap jaemin menatap anak semata wayangnya itu.

"Aku sudah mengatakan pada Daddy kalau aku tidak mau makan bukan? Aku merindukan asisten Huang. Aku hanya ingin bersama dengannya. Aku ingin jalan-jalan bersamanya." Ucap chenle dengan sangat kesal dan airmata berlinangan membuat jaemin merasa sangat bersalah pada anaknya itu.

"Daddy kan sudah bilang lele. Asisten Huang butuh istirahat. Ini bukan hari kerja." Ucap jaemin memberikan pengertian pada anak kelas satu sekolah dasar itu.

"Tidak mau. Lagian asisten Huang pasti tidak akan keberatan. Aku hanya ingin berjalan-jalan dengannya jadi dia tidak akan capek. Aku hanya minta itu, tapi Daddy tidak menurutinya. Sudahlah. Aku tidak mau bicara dengan Daddy." Ucap chenle lalu berlari ke lift dan langsung menekan lantai tiga untuk mendekam dalam kamarnya.

Jaemin melihat chenle sangat terluka lalu diapun meletakkan makanan yang tidak disentuh oleh anaknya itu diatas meja makan lalu menyusul anaknya. Mungkin dia akan memberikan gaji lembut saja jika renjun mau menemani anaknya karena tidak ada yang lebih berharga bagi jaemin selain anaknya itu.

Sesampainya di depan kamar anaknya itu, jaeminpun mengetuk pintu kamar anaknya itu tapi tak kunjung di bukakan olehnya.

"Lele, ayo keluar Daddy janji kita akan ke rumah asisten Huang sekarang dan berjalan-jalan tapi keluar dan makan dulu. Oke?" Ucap jaemin dan seketika pintu kamar itu terbuka lalu chenlepun menatap sang ayah dengan tatapan berbinarnya yang ntah karena perasaannya atau apa, tapi mata berbinar itu sangat mirip dengan renjun, asisten penggantinya.

DUDA {JAEMREN} END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang