"hal yang paling menyedihkan ialah dimana kita hanya bisa menatap sebuah gundukan tanah orang yang kita sayang'"
Seorang laki-laki dengan membawa sebuket bunga mawar ditangannya berjalan pelan menuju sebuah gundukan tanah makam di depannya dengan batu nisan yang tertulis Kirana Larasati dengan pandangan yang sangat sudah di artikan. siapa lagi kalu bukan Anrez dan Nuca yang sedang menggunjung'i makam sahabatnya yang telah tiada meninggalkan mereka kurang lebih 5 tahun yang lalu. Mereka berdua berziarah mengunjungi makam sahabat tercintanya sesuai janji yang sudah mereka buat saat di Antaracaffe.
Anrez pun segera berjongkok dengan senyum tipis, lalu Anrez segera mengusap nisan yang bertuliskan nama sahabat yang sangat ia sayang'i. Anrez segera memanjatkan doa seperti pada umumnya. Setelah itu Anrez menghirup oksigen sebanyak-banyaknya mencoba untuk tak meneteskan air mata.
"Hai, Kir....."
"Gue jahat banget ya baru datengin lo sekarang?" Anrez menjeda ucapannya untuk menghirup udara sedalam-dalamnya meyakinkan bahwa ia bisa untuk mengatakan apa yang ingin ia ceritakan."Maaf, gue terlambat untuk menyadari semua dan sekali lagi gue minta Maaf, Gue nggak ada saat lo butuh gue."
Tak bisa di tahan lagi. Air mata Anrez pun menetes begitu saja tanpa permisi. Disaat-saat seperti inilah terlihat bagaimana sedihnya di tinggal sahabat yang telah kita anggap seperti keluarga sendiri. Begitupun dengan Nuca ia hanya mampu menguatkan Anrez meskipun yang sebenarnya ia pun sama seperti tak sanggup untuk berkata-kata.
Setelah mencoba untuk menguatkan diri Anrez kembali menatap makam Kirana. Perasaan bersalah lagi-lagi menyelimuti Anrez. Andai saja Anrez bisa kembali ke masa lalu Ia akan mencoba untuk peka dan tak mengambil beasiswanya untuk menemani Kirana dan membahagiakan Kirana. Ya meskipun itu sama-sama pentingnya bagi Anrez. Anrez akhirnya mrncoba untuk menceritakan bagaimana hidupnya setelah mengetahui sahabat yang sangat ia sayangi meninggalkan Anrez selama-lamanya dan di saat itu Anrez tak ada di sampingnya. Saat itulah Anrez merasa tak berguna menjadu sahabatnya.
"Btw, Gue mau nikah Kir, Lo pasti nggak nyangka kan gue sejelek dan sebrengsek ini bisa nikah juga hahahah, sayangnya gue nikahnya nggak sama lo kir, Andai waktu itu gue ngga milih untuk ninggalin lo pasti lo masih di sini di samping gue sama Nuca dan gue juga akan nikahin lo mungkin. Tapi nggak semudah itu juga sih buat nikahin lo?, sainganya berat sahabat sendiri" kata Anrez dengan ketawa hambarnya dan menatap Nuca. Nuca yang di tatap Anrez hanya menampilkan senyum tulusnya.
"Gue sih yakin, Lo pasti milih guekan? ya lah gue ganteng gini kek oppa-oppa korea siapa yang nggak mau sama gue" dengan mengusap air matanya lagi dan lagi telah membasah i pipinya. Nuca yang tak tega dengan apa yang dikatakan Anrez mencoba menguatkan Anrez dengan mengusap punggu Anrez yang bergetar menandakan bahwa ia tengah menangis.
Anrez lagi dan lagi menghirup udara sedalam-dalamnya dan membuang nafas dengan kasar. Setelah itu Anrez mencoba untuk meminta izin bahwa ia akan menikah dengan gadis yang baru saja ia temui.
"Lo bahagia kan Kir, lihat gue mau nikah, Kapan-kapan deh kalo dia udah cinta sama gue, pasti gue kenalin ke lo kok" Anrez pun segera mengakhiri apa yang ingin ia katakan. Dia meyakini bahwa Kiara tak sejahat itu untuk tak merestuinya dengan gadis tersebut.
"Doa in gue ya Kir agar semua berjalan dengan semestina tanpa menyakiti siapapin" kata Anrez yang di akhir'i dengan mencium nisan yang Tertulis nama sahanatnya itu. Setelah Anrez berhenti bercerita, selanjutnya giliran Nuca yang menceritakan bahwa ia sedang dekat dengan seorang penyanyi dan juga teman seperjuangannya dulu sesuai dengan keinginan Kirana sebelum Meninggal untuk menjadikan Nuca sebagai penyanyi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Memilih Aku (TIREZ)
Fiksi PenggemarMenceritakan sebuah kisah perjodohan konyol oleh sepasang sahabat yang tak bisa bersatu. Anrez Tiar Adelio, yang terpaksa memenuhi janji yang telah si buat oleh kakeknya. "Aku beruntung bisa memilikimu, tapi dia lebih beruntung bisa mengambil semua...