24 : Berbeda

253 41 10
                                    

Beberapa orang kadang tidak sadar bahwa ia semunafik itu.

Beberapa orang kadang tidak sadar bahwa ia semunafik itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ceklek.

"S-Saga ..."

Mata Ily memindai sekeliling. Tungkai kakinya melemas, namun tetap memaksa bergerak. Melangkah masuk ke dalam wilayah teritorial Saga.

Sejauh mata memandang, sosok Saga tidak bisa Ily temukan. Gadis itu menghembuskan nafas lega. Hendak berbalik tapi urung saat keningnya bertabrakan dengan sesuatu yang keras.

Mendadak, jantung Ily berpacu abnormal. Tapi bodohnya, mengapa ia harus berakhir di sini? Mengapa ia harus repot-repot menemui Saga sementara dirinya bisa saja mengabaikan perkataan cowok itu di sekolah? Sebenarnya dia ini kenapa?!

"Lo punya nyali juga ternyata." Saga berkata pelan. Beberapa tetes air dari rambutnya jatuh mengenai wajah Ily. Sesaat Ily merasakan dingin di sekujur tubuhnya. Anehnya, Ily tidak bisa berpaling. Sedikit pun. Wajah teduh Saga membuatnya agak terlena.

Benar. Ily memang semunafik itu.

"Emangnya aku harus takut ketemu kamu?" tanya Ily, sedikit menantang. Tapi fakta di lapangan tidak seperti itu. Ia terlalu bodoh untuk menyadari bahwa suaranya makin mengecil, mencicit seperti tikus kecil.

Saga tersenyum tipis. Menyelam lebih dalam manik Ily. "Kalau gitu, lakukan sekarang."

Ily melotot. Menatap Saga yang tampak memasang wajah tenang. Sialan. Bagaimana bisa cowok ini tampak biasa-biasa saja setelah mengatakan kalimat ambigu seperti itu?!

"Kamu mau apa?"

"Lo gak lupa sama perjanjian kita 'kan?"

"Perjanjian yang mana?"

Saga merengsek maju. Memojokkan Ily. "Kiss me, right now," bisiknya.

Bola mata gadis itu bergerak tak tentu arah. Sial. Ia merasa seperti separuh oksigennya dirampas paksa. "A-aku berhasil masuk tim olim. Aku gak punya keharusan untuk ngelakuin itu."

"Pada akhirnya lo keluar."

Skakmat.

Saga menarik sudut bibir, menciptakan lengkungan asimetris yang sialannya mampu melumpuhkan saraf otak Ily.

"Lo milih keluar. Dan perjanjian tetap perjanjian."

Ily memejamkan mata. Ia tidak bisa berada di sini lebih lama. Ily bisa merasakan sekujur tubuhnya panas dan mati rasa. Tolong katakan, ini gejala penyakit apa?!

"S-Saga, aku gak bisa." Gadis itu mendorong Saga supaya ada ruang untuknya bernafas. Sungguh, berdekatan dengan Saga sangat tidak baik untuk kinerja jantungnya.

"Lo mau ingkar?"

"..."

"Gue kecewa." Saga menunduk, ada riak kecil di matanya ketika melihat rona kemerahan di pipi Ily. Namun sekejap, wajahnya menggelap. "Jojos lo bujuk, gue gimana?"

ILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang