Kita seharusnya menjaga yang ada, bukan merubah yang ada.
| I L Y |
Hari ini, lomba Gubernur Cup akan dilaksanakan. Sewaktu sore tadi, Saga menyempatkan diri untuk mengantar Ily ke salon yang sudah disepakati oleh pihak sekolah. Kata Siska, supaya make up-nya selaras dengan field commander dan anak color guard.
Sekarang giliran Ily yang akan di make over. Ia duduk di depan kaca dan mulai dirias oleh seorang wanita yang kebetulan adalah mantan make up artis.
Selama ini, Ily sangat jarang berdandan. Itu pun bisa terhitung dengan jari. Ily tak suka menggunakan make up karena itu membuat ia risih. Di meja rias Ily saja hanya ada bedak bayi, lipbalm, parfum, body lotion, dan beberapa baby oil. Simple banget pokoknya.
Setelah selesai merias wajah Ily, wanita itu beralih menata rambut Ily. Menggunakan hair rolling sehingga rambut Ily manjadi ikal di bagian bawah. Tak berhenti sampai disitu, rambut Ily dikepang satu lalu beberapa poni panjang Ily dibiarkan menjuntai begitu saja di kedua sisi. Sentuhan akhir, wanita itu meletakkan mahkota kecil berlambang garuda yang sedang membawa tombak ke atas kepala Ily.
"Perfect! Bagaimana menurut kamu, Sayang?"
Ily perlahan membuka mata, menatap refleksi dirinya dengan pandangan tak percaya. "Ini beneran aku, Tante?" Ily menunjuk dirinya sendiri, memasang wajah cengo dalam beberapa menit lamanya.
Wanita paruh baya itu mengangguk senang. Merasa bangga juga atas hasil make up-nya yang terlihat sangat cocok di wajah Ily. "Natural, kan? Dasarnya aja kamu udah cantik, Nak."
Mendengar itu, Ily dibuat tersipu malu. Menunduk seraya menggeleng kepala dengan pelan. "Tante bisa aja."
Sang wanita kembali tersenyum, mengamati gesture malu-malu Ily yang tampak menggemaskan. Sejurus kemudian menyodorkan sebuah totebag pada Ily. "Ayo pake, Sayang. Itu baju mayoret," ujarnya.
Ily tersenyum lalu beranjak, mengambil alih totebag itu kemudian masuk ke dalam ruang ganti.
Cukup sulit, membuat Ily merasa frustasi. Ily mati-matian meraih resleting punggung lalu menaikkan sampai atas. Setelah selesai, Ily mencari sepatunya, tapi tidak ada.
Sebelum keluar, Ily menyempatkan diri untuk berkaca, menatap refleksi diri dengan wajah tak percaya.
"Aku gak pernah tau kalo aku secantik ini, hehe." Sambil tertawa receh, Ily menggeleng. Keluar dari ruang ganti dan berjalan mendekati wanita tadi.
"Tante, sepatunya kok gak ada ya?" Ily mengangkat totebag di tangannya yang hanya berisi baju gantinya tadi.
"Sepatu boot kamu di GOR, Sayang."
Ily mengangguk pelan lalu mengucapkan terima kasih. Untuk sementara, Ily akan menggunakan flat shoesnya dulu hingga sampai ke sana.
Tangan Ily terulur untuk membuka pintu. Membuat atensi semua yang berada di ruang tunggu mengarah padanya.
Siska antusias, lantas berjalan mendekati Ily diikuti dengan Dyva. "Wow! Kamu cantik banget, Nak. Ya gak, Va?"
Dyva yang berada di sebelah Siska mengangguk membenarkan. Meraih tangan Ily lalu menariknya pelan hingga masuk ke dalam mobil. Mereka akan siap-siap pergi ke GOR.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILY
Teen FictionIly adalah gadis cantik berwatak lembut yang tiba-tiba saja mendapatkan titah dari sang ayah untuk pindah rumah dan sekolah. Diawali perjumpaannya dengan teman-teman kelas yang absurd, membuat Ily akhirnya sadar jika hidup tidak selalu monoton. Aw...