Sebelum baca, vote dulu, yaa.
Kalo sudah vote, selamat membaca cerita ILY💗Kamu adalah definisi dari patah hati sesungguhnya.
Netra Ily terpusat penuh pada Saga. Setelah makan malam, pemuda itu datang membawa setumpuk buku lalu meletakkannya ke atas meja belajar.
Saat ini keduanya sedang fokus. Dengan Ily yang mengerjakan soal sambil tidur-tiduran, sementara Saga lesehan di atas karpet berbulu.
Tadi Saga menyuruh Ily mengerjakan beberapa lembar soal yang sudah ia siapkan. Tujuannya untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan Ily. Dan sampai sekarang, Saga yakin bahwa Ily punya potensi besar masuk ke dalam tim olim.
"Udah selesai?" tanya Saga pelan. Ekor matanya mencuri pandang ke arah kertas Ily yang didominasi coretan rumus.
"Hampir nihhh, sebentar lagi."
Dua menit kemudian, Ily menyodorkan kertas tersebut pada Saga. Meregangkan ototnya yang terasa kaku usai mengerjakan soal.
Ily menunggu reaksi Saga. Namun pemuda Aldibara itu hanya diam. Meletakkan kertas Ily ke atas nakas lalu memberikan semangkok es krim yang sudah Andhita siapkan.
"Makan dulu."
Dengan semangat Ily turun. Ikut lesehan di sebelah Saga dan memakan es krim stoberi sementara Saga memakan es krim rasa matcha.
"Saga," panggil Ily pelan. Ia merapat pada Saga lalu menyandarkan punggungnya ke tepi kasur. "Kalo aku gak masuk tim olim gimana? Kamu sedih gak?"
"Enggak."
"Yahhh, kok gitu sih?" Ily mendesah berat. "Kalo aku gak masuk, aku gak bisa jalan-jalan ke Surabaya dong sama kamu. Kamu 'kan pasti masuk."
"Makanya besok fokus," balas Saga.
"Siap!" Ily melahap es krimnya dengan semangat. Sesekali melirik Saga yang juga memakan es krimnya dengan wajah datar.
"Ily." Saga menatap gadis berkepang di sebelahnya dengan tatapan lurus. Ily yang merona karena ditatap refleks membuang muka ke arah lain.
"K-kenapa, Saga?"
"Gue mau kita buat kesepakatan."
Sejurus kemudian, Ily menoleh cepat. Memandang penuh tanya pada Saga yang masih memasang wajah datar.
"Kesepakatan apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ILY
Teen FictionIly adalah gadis cantik berwatak lembut yang tiba-tiba saja mendapatkan titah dari sang ayah untuk pindah rumah dan sekolah. Diawali perjumpaannya dengan teman-teman kelas yang absurd, membuat Ily akhirnya sadar jika hidup tidak selalu monoton. Aw...