31 : Agatha?

191 25 6
                                    

Peringatan pertama. Jangan percaya siapa pun.

"Jadi, Papa mau ngenalin aku sama temen Papa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi, Papa mau ngenalin aku sama temen Papa?"

Reihan tersenyum lembut menatap tautan tangan sang putri yang melingkar di lengannya. Namun di detik ketiga, rautnya berubah datar.

"Iya. Dia dan keluarganya pindah di rumah depan. Dia mau silaturahmi, gimana pun dia tetangga kita sekarang."

Ily mengangguk kecil. Tak berselang waktu lama, mereka telah sampai di lantai dasar. Bisa Ily lihat seorang pria paruh baya seumuran Reihan sedang duduk sambil menatap ke bawah. Pria itu terlihat melamun, bahkan tidak sadar ketika Ily dan Reihan sudah duduk di sofa seberang.

"Ekhem." Reihan berdeham guna menarik atensi. Sontak pria itu mendongak, lalu matanya seketika jatuh pada Ily.

"Selamat malam," sapa Ily sambil tersenyum. "Aku Pricilya Adiwarma, Om. Salam kenal."

"Saya Saptaga Julian," balas pria itu singkat. Ily tampak tercenung, merasa familiar dengan wajah kenalan Reihan.

Pernah lihat dimana, ya?

Ily mengerjap pelan. Ia ingat. Pria ini pernah keluar dari kediaman Adiwarma dengan kondisi babak belur. Saat itu, Ily tidak berniat bertanya langsung kepada Reihan sebab dia merasa hal itu bukanlah urusannya.

Ingatannya kembali terlempar beberapa hari lalu. Saat Reihan menerima telepon dari sekretarisnya yang mengatakan bahwa ada tamu penting yang menunggu. Dan Ily sangat yakin bahwa Saptaga Julian adalah tamu penting tersebut.

"Umur berapa kamu sekarang?" tanya Sapta tiba-tiba.

"Tujuh belas tahun."

"Kamu seumuran anak saya." Terselip nada sedih ketika kata-kata itu mengudara dari mulut Sapta.

"Anak Om sekolah dimana?"

"Rencananya dia akan pindah ke Garuda. Om harap, kamu dan dia bisa berteman baik."

"Tentu saja."

"Sayangnya, anak dan istri saya gak bisa ikut menyapa kalian. Mereka masih berada di kediaman lama dan besok akan tiba di sini." Sapta sontak tersenyum. "Ily, apa ada sesuatu yang kamu suka--"

"Permisi, maaf mengganggu waktunya." Inah selaku asisten rumah tangga membungkuk sedikit. Sampai ketika dehaman Reihan terdengar, barulah Inah menegakkan kembali tubuhnya.

"Kenapa, Bi?"

"Itu, Tuan Besar. Ada teman Non Ily di depan."

Ily mengerjap pelan. Biasanya kalau Saga yang datang, Inah tak akan repot-repot memanggilnya dengan sebutan teman. Melainkan langsung dengan panggilan 'Den Saga'.

"Aku ke depan dulu, ya, Pa." Ily bangkit lalu melemparkan senyuman kecil pada Sapta. "Aku permisi dulu, Om."

"Ya. Silakan."

ILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang