05 : Makan Malam

2.2K 208 104
                                    

Dari awalnya mengenal, mencoba, mendalam, sangat dalam, hingga akhirnya tenggelam.

Dari awalnya mengenal, mencoba, mendalam, sangat dalam, hingga akhirnya tenggelam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tin! Tin!

Senyuman Ily langsung terukir kala sebuah mobil yang sangat dikenalnya berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Lantas ia beranjak lalu masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah kursi kemudi.

"Papa yang jemput Ily?" Ily menampilkan sabit kecilnya.

Reihan menatap sang putri dengan hangat. "Iya, karena Papa berangkatnya subuh, jadi Papa pulangnya juga cepet dong," balas Reihan membuat Ily tak kuasa untuk tidak melebarkan senyum.

Perlahan mobil mulai dilajukan oleh Reihan dengan kecepatan sedang. Sementara itu, Ily tampak menyetel dan mencari lagu di radio.

"Ily udah milih mau ekskul apa?" tanya Reihan tiba-tiba. Pertanyaan itu sepertinya berdampak besar pada Ily. Buktinya saja Ily langsung tersentak lalu terdiam sesaat.

Sambil menggeleng, Ily menoleh dengan pandangan kaku. "Wajib ya, Pa?" Ily bertanya balik.

Reihan mengangguk kecil. "Setahu Papa, setiap murid harus masuk minimal satu ekskul," balas Reihan tenang.

"I-Ily malu," cicit Ily pelan. Reihan tersenyum lalu tangannya terangkat untuk mengelus puncak kepala Ily. Ia sangat tahu bagaimana kepribadian anaknya.

"Buat apa malu? Anak Papa 'kan hebat!" Reihan tersenyum lebar.

Ily menunduk dalam dan memilih untuk meremas roknya hingga tercipta kerutan abstrak di sana. "I-Ily gak pede, Pa."

Reihan masih tersenyum menatap Ily. Nyatanya sifat pemalu Ily menurun dari almarhumah ibunya. Mereka bahkan terlihat sangat mirip dari segi fisik maupun tingkah laku.

"Ily 'kan jago musik, kenapa enggak masuk ekskul musik aja? Atau marching band?" usul Reihan.

Ily terdiam seolah-olah sedang berpikir keras atas usulan Reihan. Ya, tak bisa dipungkiri jika Ily sangat suka bermain alat musik, terutama gitar. Kalau bernyanyi Ily juga bisa, hanya saja ia tidak percaya diri menunjukkannya.

"Atau gini aja, kamu coba tanya-tanya sama Saga ekskul apa yang bagus buat kamu," ujar Reihan tenang. Sambil melotot, Ily hanya bisa menunjukkan senyuman kikuknya.

"Kamu bisa tanya Saga malem ini karena kebetulan orang tua Saga ngajak Papa sama kamu untuk makan malam di rumah mereka." Reihan melanjutkan ucapannya dengan ekor mata sedikit melirik Ily.

ILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang