Semua orang berpotensi menyakitimu.
****
Tok tok!
Kesunyian yang tercipta lenyap begitu saja, tergantikan dengan suara derap langkah kaki yang tampak tergesa-gesa.
Sembari membenarkan dasi, ia langsung membuka pintu dan menemukan sosok Saga yang sudah berdiri dengan raut datar andalannya.
Wajah tanpa gurat ekspresi berarti itu memang sudah menjadi ciri khas seorang Saga. Bahkan cowok itu hanya diam saat sebuah tawa kecil lolos dari bibir mungil Ily.
Kedua manusia ini saling bungkam dalam beberapa menit ke depan. Saga masih diam, sedangkan Ily asyik cekikikan tanpa sebuah alasan yang Saga ketahui.
"Udah sarapan?" Sembari mengangkat alis, Saga hanya menatap heran pada Ily yang sudah berhenti tertawa.
Senyum Ily perlahan tercetak tatkala Saga kembali diam dengan mimik yang seolah mengatakan 'lo punya masalah apasi?'
Sambil berdeham kecil, Ily mencoba menyesuaikan suaranya. "Udah, Saga."
Tanpa banyak bicara, Saga langsung berbalik lalu ia berjalan menuju motor kebanggaannya.
"Aku ambil cupcakenya dulu." Ily masuk kembali ke dalam rumah untuk mengambil cupcake hasil cipta tangan Andhita dan dirinya malam kemarin.
Tak butuh waktu lama, Ily akhirnya kembali dengan kepala yang sudah dipasangi helm, serta tangan yang menenteng satu kantong paper bag berisi cupcake.
Seperti sudah menjadi sebuah kebiasaan, Saga menyodorkan tangannya dan langsung disambut baik oleh Ily. Setelah Ily duduk, Saga segera melajukan motornya keluar dari pekarangan rumah Ily dengan kecepatan normal.
Di sepanjang perjalanan, Ily dan Saga terpantau saling diam. Kali ini keadaan berbalik. Bukan Ily yang canggung, tapi mungkin Saga? Haha, membayangkan kejadian semalam memang selalu sukses membuat Ily tertawa sendiri, seperti tadi misalnya.
Tangan Ily tiba-tiba terangkat untuk mencolek-colek pundak Saga lalu ia mengesampingkan wajahnya di sebelah wajah cowok itu. "Saga kenapa diem aja?" Ily menampilkan senyum miringnya.
Saga menggeleng pelan tanpa ada niatan menjawab. Sejenak Ily dibuat cekikikan lagi. Lalu tangannya kembali terangkat untuk menyentil hidung mancung milik Saga.
"Saga jangan malu, aku juga suka banget es krim. Es krim jadi list pertama favorit aku di dunia!" Ily berucap dengan begitu antusias.
Saga menoleh sejenak pada Ily, lalu matanya kembali terfokus pada jalanan. "Lo gak merasa aneh sama gue?" tanya Saga pelan.
Tanpa rasa ragu, Ily menggeleng dengan mantapnya. "Cowok suka es krim itu bukan kesalahan, Saga. Malah aku pikir, kamu lucu, dan kita juga punya kesukaan yang sama. Berarti, kita bisa sering-sering ke kedai es krim dong, hehe," balas Ily.
Mendengar itu Saga dibuat melega. Ia pikir Ily akan ilfeel padanya. Bayangkan saja, Saga ini tipikal cowok cuek yang sadis omongannya. Pasti lucu jika orang-orang sampai mengetahui kalau cowok kejam satu ini adalah seorang maniak es krim.
Ily kembali tersenyum, kali ini dengan semanis mungkin. "Saga terbuka aja sama aku, gapapa kok," ujar Ily cengengesan sendiri.
"Kalo gue terbuka sama lo, nanti lo gak percaya." Suara rendah Saga terdengar membuat Ily semakin dibuat gemas.
"Gak masalah Saga. Aku juga merasa udah mulai terbuka sama kamu. Inget, kita kan sahabat!" seru Ily. Perlahan Saga akhirnya mengangguk pelan. Mendapatkan respon seperti itu membuat Ily tak bisa berhenti tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILY
Teen FictionIly adalah gadis cantik berwatak lembut yang tiba-tiba saja mendapatkan titah dari sang ayah untuk pindah rumah dan sekolah. Diawali perjumpaannya dengan teman-teman kelas yang absurd, membuat Ily akhirnya sadar jika hidup tidak selalu monoton. Aw...