03 : Tetangga Baru

2.5K 221 102
                                    

Kebetulan pada hari ini bukan hanya kebetulan.

Tapi kamu sudah merencanakannya.

Benar bukan?

Ily menatap jam tangannya dengan perasaan gundah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ily menatap jam tangannya dengan perasaan gundah. Hatinya sama sekali tidak tenang sedari tadi. Namun Ily berusaha untuk tetap positive thinking. Setidaknya itu lebih berguna untuk saat ini.

Ting!

Sebuah pesan masuk membuat Ily dengan cepat mengecek ponselnya. Dari Liam, orang yang sedari tadi memang ia tunggu kabarnya.

Pak Liam: Maaf Non, mobil tiba-tiba mogok. Saya lagi berusaha cari bengkel.

Pak Liam: Non tunggu aja, saya usahakan secepatnya untuk jemput Non Ily.

Ily menghela nafas sejenak. Sungguh, ia tidak mau merepotkan Liam selaku supir pribadinya.

Dengan cepat Ily membalas pesan Liam.

Ily: Bapak fokus aja benerin mobilnya. Ily bisa naik bus kok, jadi tenang aja.

Setelah itu, Ily memasukkan ponselnya ke dalam tas. Ia beranjak dari kursi, memilih menunggu di halte bus yang terletak tak jauh dari sekolah.

Tin! Tin!

Ily menoleh karena merasa klakson mobil itu tertuju padanya. Perlahan kaca mobil terbuka setengah dan menampilkan sosok Jeremy yang tampak menyembulkan sedikit kepalanya untuk menatap Ily.

"Butuh tumpangan?" tawar Jeremy.

Ily sedikit tersenyum seraya menggeleng. Ia sudah cukup kenal dengan Jeremy, dan sekarang mereka mulai berteman.

"Gak perlu, Jer. Aku bisa cari bus," tolak Ily halus.

Jeremy mendengkus pelan. "Lo masuk aja, biar gue anterin. Lagian bus kadang enggak ada. Kasian cewek cantik kayak lo disuruh nunggu yang gak pasti." Tuhkan tuhkan, ini yang Ily hindari dari Jeremy. Cowok itu sangat suka menggoda para wanita.

"Kamu pulang aja, aku mau pesan gojek sekarang," alibi Ily. Jeremy tersenyum masam lalu ia mengangguk saja.

"Yaudah, lo hati-hati. Kalo ada apa-apa, jangan sungkan buat telepon gue," ucap Jeremy. Ya, selain berkenalan, Ily juga sempat bertukar nomer telepon dan akun sosial medianya kepada beberapa teman sekelasnya.

"Iya." Ily membalas seadanya. Jeremy mulai menjalankan mobilnya setelah membunyikan klakson.

Sementara itu, Ily masih terdiam di posisinya, tepat di depan halte bus. Tak ada sedikit pun niat baginya untuk memesan gojek karena Ily akan menjadi parno sendiri saat berduaan dengan orang asing. Alhasil jadilah Ily setia menunggu di sini.

Masih menunggu, Ily dibuat semakin kalut saja. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, namun tak ada satu pun angkutan umum yang lewat di sana.

"Lo bilang mau pesan gojek?"

ILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang