Hidup memang menumbangkan kita. Tapi kita bisa memilih untuk bangkit atau tidak.
| I L Y |
Kuasanya memutar baton dengan cepat. Sembari berpikir gerakan apa yang bisa membuat penonton nanti terpikat. Hingga setelah mengumpulkan tekad, ia melompat. Melempar baton dengan sisa tenaga lalu menangkapnya dengan tepat.
Ily tersenyum puas, memikirkan kinerja yang selama ini ia bangun tak berakhir sia-sia. Ia mengedarkan pandangan ke sekitar yang tampak sepi lalu menghembuskan nafas karena lelah.
Ini sedang jam pelajaran ke-6, yang berarti tidak ada latihan untuk anak marching band lagi. Namun Ily tetap melanjutkan latihannya seorang diri, mengingat kemarin sempat absen membuat ia merasa tak enak hati. Terlebih ia masih baru disini walaupun sudah menyandang gelar mayoret.
Ceklek!
Pintu gedung basket indoor terbuka, menampakkan Dyva selaku field commander datang menghampiri Ily sambil tersenyum kecil. Ily balas tersenyum, meletakkan baton di atas lantai lalu duduk dengan kaki yang diluruskan.
"Lo udah kerja keras, Ly. Bagus!" girang Dyva, ikut lesehan kemudian menekuk kedua lutut.
Ily terdiam sejenak, hingga akhirnya menoleh menatap Dyva. "Menurut kamu, aku bisa?"
Dyva mengangguk yakin. Memeluk lutut lalu menopang dagu dengan senyuman kecil. "Gue seneng banget punya mayoret, setidaknya ada yang bantu ngaturin unit. Dan mereka juga patuh-patuh aja pas lo ngerapihin barisan."
Sambil menunduk, Ily menyembunyikan wajahnya yang tersipu. "Makasih."
"Oh iya, Va, kamu gak belajar?" Ily kembali mengangkat kepala, memasang wajah bingung yang sungguh kentara.
"Kelas gue lagi jamkos, Ly. Hm, ngomong-ngomong Nathan gak kesini? Dia sekelas, loh, sama gue."
Ily menggaruk belakang leher dengan ekspresi kikuk. Mengalihkan pandangan ke arah lain seraya menggeleng pelan. "Emang harus, ya, Nathan ke sini?" tanya Ily.
"Ya, gak juga sih. Tapi 'kan tuh cowok sering banget ngeliat lo lagi latihan," balas Dyva. Menatap Ily sejenak lalu kembali melihat ke arah depan.
"Dia ngajarin aku, Va," koreksi Ily.
"Iya, tapi lo tuh cepat belajar. Lo udah mahir main baton cuma dua hari, Ly. Sedangkan Nathan nontonin lo mulu tanpa ngelakuin apa pun. Kemarin aja lo cuma ngulang-ngulang latihan doang 'kan sama dia."
Benar yang dikatakan Dyva. Nathan seharusnya bisa lebih santai menjelang lomba nanti. Tadi saja saat Ily latihan, ia malah duduk lesehan menonton Ily tanpa melakukan apa pun. Ily bahkan dibuat malu sendiri, jadi tidak terlalu percaya diri untuk beraksi.
"Nih, minum." Tiba-tiba sebuah botol mineral menghalangi pandangan Ily yang sedang asyik melamun. Mengerjap sebentar lalu melihat oknum yang baru saja tiba.
"Makasih, Nathan."
Nathan mengangguk kecil, memposisikan diri di sebelah Ily lalu menyodorkan sekantong plastik berukuran sedang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILY
Teen FictionIly adalah gadis cantik berwatak lembut yang tiba-tiba saja mendapatkan titah dari sang ayah untuk pindah rumah dan sekolah. Diawali perjumpaannya dengan teman-teman kelas yang absurd, membuat Ily akhirnya sadar jika hidup tidak selalu monoton. Aw...