Semoga yang angan bisa jadi kenyataan.
-
Ily dan Biwa melangkah bersama menuju pintu kelas. Bel masuk sudah berbunyi, namun guru belum datang sehingga masih banyak murid yang bebas keluar-masuk kelas.
"Astaghfirullah!" Ily mengelus dadanya terkejut saat netranya menangkap sosok Saga yang berdiri tepat di sebelah pintu masuk.
Sembari menghela nafas, Saga membagikan pandangannya pada Ily dan Biwa secara bergantian. "Darimana?" Suara berat Saga mengalun seiring dengan tatapan tajamnya yang menusuk.
Ily tersenyum lalu ia menunjukkan dua lembar kertas yang berada di tangannya. "Kita abis dari ruang guru, daftar ekskul. Tadi Biwa yang nemenin aku," jawab Ily.
"Gue duduk dulu," celetuk Biwa lalu ia melenggang pergi menuju kursinya.
Sementara itu, Saga masih memasang wajah datarnya. "Kenapa gak nungguin gue?" tanya Saga.
"Kamu kan lagi gak ada di kelas, kamu gimana sih?" cerca Ily sambil memanyunkan bibirnya sebal.
"Setidaknya kasih kabar ke gue, jadi gue gak perlu nyariin lo," ucap Saga tanpa ulasan ekspresi sedikit pun.
Mendengar itu Ily dibuat tersentak. Lantas ia menatap Saga dengan penuh tanda tanya. "K-kamu nyariin aku? Kemana aja?" Ily menautkan kedua alisnya seolah heran.
"Keliling," singkat Saga membuat Ily sontak terdiam kaku di tempat.
Ily tak bisa membayangkan jika Saga berjalan mondar-mandir di sepanjang koridor dengan wajah datarnya hanya untuk mencari Ily yang sedang berada di dalam ruang guru. Ah, Ily merasa bersalah. Pasti Saga sudah mendapatkan banyak tatapan aneh dari orang-orang.
"Maafin aku, Saga." Ily menundukkan kepalanya merasa bersalah.
Sementara itu Saga hanya diam di tempatnya tanpa berniat membalas satu patah kata pun.
"WEY! LO APAIN ILY, HAH?!" Suara lantang Jeremy terdengar. Cowok itu menghampiri Ily dengan tergopoh-gopoh.
Gena yang sedari tadi bersama Jeremy, ikut-ikutan menghakimi Saga. "KENAPA ILY NANGIS?! LO APAIN DIA, SAGA?!" tanya Gena dengan ekspresi yang menantang.
Ily buru-buru mengangkat kepalanya sambil geleng-geleng menanggapi kesalahan pahaman yang terjadi. "Enggak! Saga enggak ngapa-ngapain aku. Kalian salah paham," sergah Ily.
"Tapi muka lo murung bang—"
"Enggak, Jer. Aku gak papa, beneran." Ily berucap dengan sangat meyakinkan.
Jeremy menghela nafasnya pelan. Tangannya terangkat untuk mengelus rambut Ily. "Kalo ini patung nyakitin lo, bilang sama Babang Jejer, biar gue oper ke Amazon," cerocos Jeremy melirik Saga dengan kesal.
Saga memutar kedua bola matanya malas. "Pergi," usir Saga datar.
Jeremy mendelik lalu ia menarik lengan Ily untuk mengikutinya. Namun Saga menarik lengan Ily yang satunya lagi sehingga Ily tak bisa berkutik dan tetap diam di tempat.
"Lo aja yang pergi," sinis Saga pada Jeremy.
Jeremy mendesah pelan lalu ia melenggang pergi meninggalkan Ily, Saga, dan Gena yang hanya menyoroti kepergiannya dengan tatapan aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILY
Teen FictionIly adalah gadis cantik berwatak lembut yang tiba-tiba saja mendapatkan titah dari sang ayah untuk pindah rumah dan sekolah. Diawali perjumpaannya dengan teman-teman kelas yang absurd, membuat Ily akhirnya sadar jika hidup tidak selalu monoton. Aw...