25 : Munafik

236 37 7
                                    

Karena yang terbaik akan kembali. Tanpa membuat sesuatu hilang.

"Kalian kalo menang wajib ngadain syukuran, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalian kalo menang wajib ngadain syukuran, ya. Tujuh hari tujuh malem."

"Lo pikir tahlilan apa?!"

"Emangnya cuma tahlilan doang yang boleh gituan?! Gue kalau nikah sama Ily nanti, pestanya juga bakal tujuh hari tujuh malem. Iya gak, Ly?"

Naya mendelik sinis. "Alangkah sialnya nasib Ily kalo sampai itu terjadi."

Alis Jeremy menukik ke atas. Menatap Naya penuh penghakiman. "Lo kalo cemburu jangan gini, Nay. Apa susahnya sih tinggal bilang?"

"Lo kepedean banget, sial!"

Mulai lagi.

Oke, udah biasa. Tapi tetap aja emosi lihatnya. Kalian juga 'kan?

"Semangat kalian bertiga." Ily bersuara, otomatis menghentikan perdebatan penuh umpatan antara Naya dan Jeremy.

"Siap, Ly. Disemangatin sama lo bikin darah gue mendidih. Gue jadi gak sabar masuk arena," balas Zoya hiperbolis. Ily tertawa lucu. "Aku yakin kamu lebih dari bisa, Zoya. Goodluck, oke!"

"Makasih, Ly."

Ily sebatas tersenyum kecil lalu matanya bergulir pada Saga dan Joshua bergantian. "Kalian berdua jangan lupa makan yang bener. Apa lagi kamu, Jos. Kamu punya maag." Gadis itu memberikan wejangan sebelum mereka pergi. "Jangan begadang juga. Saga nih kebiasaan tidur jam satuan."

Selena mengigit pipi dalamnya gemas. Ia serasa melihat Ily sedang mengomeli dua Titan. Terlebih Saga dan Joshua hanya diam saja dan fokus menyimak perkataan Ily seperti anak anjing.

"Btw, selama lo gak ada, Ily sama gue."

Semua kompak menoleh pada sosok ber-almamater yang sedang berjalan menghampiri mereka. Jeno Pradipta. Pemuda itu ternyata menyempatkan diri mengantar kepergian Saga dan Joshua padahal ada jadwal jaga gerbang pagi ini.

"Gak perlu. Ily punya supir," balas Saga datar. Sontak membuat Jeno mendecih pelan.

"Gue gak butuh persetujuan lo, Saga."

Baru saja Saga hendak membalas, interupsi dari Guntur langsung mengalihkan perhatian mereka.

"Zoya, Joshua, Saga, ayo kita berangkat."

"Baik, Pak!" tanggap Zoya lalu masuk ke dalam mobil diikuti Joshua. Sedang Saga masih bergeming, menghunus kepala Jeno dengan tatapan tajamnya.

ILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang