S2: 2

238 31 0
                                    

"Baiklah, sampai jumpa setelah istirahat makan siang."

Yuriel keluar dari kelas tepat setelah Rei selesai mengenalkan diri. Meninggalkan Boboiboy yang kembali teringat akan reinkarnasi tanpa ujung miliknya. Otaknya berputar cepat menyusun berbagai cuplikan ingatannya yang kabur.

"Apa hal ini merupakan hal yang sama?"

"Boy, keluar adikmu nunggu di sana."

Perkataan Reverse menyadarkan Boboiboy dari lamunannya. Ia melihat delapan adiknya menunggu dengan senyum manis mereka. Boboiboy tersenyum melihat itu.

"Tidak penting apa yang terjadi di masa lalu. Untuk sekarang aku harus fokus pada masa depan."

Dan Boboiboy dengan senyum lebar berjalan menuju kedelapan adiknya. Sedangkan Reverse mengikuti dengan wajah datarnya.

"The never ending reincarnation, huh? Jadi, ini yang kau maksud dengan berkah sekaligus kutukan ini?"

*****

"Jadi, mereka sudah tahu?"

Seorang gadis dengan rambut ungu gelap dan mata amethyst bertanya pada seorang wanita dengan pakaian penyihirnya.

"Hanya sebagian kecil. The never ending reincarnation jauh lebih rumit dari apa yang kau bayangkan."

Wanita itu melihat cermin tempat sang gadis berada. Tersenyum tipis melihat wajah gadis itu.

"Kutukan dan berkah, dua hal yang bertentangan jika bersatu hanya akan menghasilkan dua hal. Ledakan atau menjadi netral. Dan dalam kasus ini, yang terjadi adalah ledakan."

"Maksumu,"

"Reinkarnasi tanpa ujung ini memang membuat pemiliknya tak bisa mati, tetapi tidak dengan kondisi mental mereka. Suatu saat nanti, jika mereka hidup setelah puluhan kematian, kau tahu apa yang akan terjadi."

*****

"Selamat datang di Aza Cafe. Ingin pesan apa?"

Pemuda dengan rambut hitam lurus sedikit ikal menyambut Boboiboy dkk. Mereka segera memenuhi kafe dengan sepuluh kepala.

"Tolong coklat hangat empat, kopi tiga, serta satu susu. Untuk makanannya apa kami bisa memesan empat mie goreng, tiga nasi goreng, dan tiga mie pangsit. Ah, tolong dua porsi kentang goreng dan tiga bakso goreng. Jangan lupa kerupuknya."

"Baik, silakan duduk di meja nomor lima. Meja itu cukup untuk menampung banyak orang. Silakan tunggu beberapa menit lagi."

Dan benar saja, baru saja sepuluh orang itu duduk rapi, pesanan mereka yang banyak itu segera sampai.

"Selamat menikmati."

Pemuda dengan mata ungu gelapnya kembali melayani pelanggan yang tak kunjung habis di jam istirahat.

"Bagaimana keadaan Tok Aba dan Ochobot?" Boboiboy memulai pertanyaan seraya menyantap nasi goreng miliknya.

"Tok Aba masih kuat membuka kedainya. Untuk Ochobot, dia baru saja diupgrade dan kini bisa berubah menjadi manusia meski tidak dalam waktu lama."

"Wah, perkembangan sihir membawa banyak banget perubahan ya?"

"Bahkan dua tahun terakhir, tak pernah lagi ditemukan manusia tanpa sihir."

"Aku harap, manusia gak terlena dengan adanya sihir ini."

"Aku juga."

*****

Yuriel mendengar semua itu. Ia tahu segalanya tentang muridnya. Tapi, dia tak tahu harus apa dengan semua permasalahan mereka.

"Banyak sekali masalah yang terjadi di masa ini. Padahal sudah hampir tujuh tahun berlalu."

Wanita itu kembali ingat mengapa ia masih berada di sini. Padahal dia bisa saja kembali saat itu.

Flashback on!

Yuriel atau Riel kembali ke rumahnya di dimensi lain. Dan ia kembali berada di bawah pohon besar di dekat pemakaman.

"Masih sama. Bahkan sepasang suami-istri yang menangis di depan makam anaknya."

Riel berjalan kembali ke rumahnya yang tidak jauh dari pemakaman. Padahal sebelumnya dia bilang bahwa dia berada di kamar asik rebahan. Nyatanya dia kabur lewat jendela untuk memberi kucing liar di pemakaman makan.

Dia berjalan cepat untuk mengendap-endap di rumahnya sendiri. Dan disitulah keanehannya dimulai. Dia bisa melihat papanya berjalan santai mengambil air minum bahkan melewatinya begitu saja. Seolah dia tidak terlihat olehnya.

Riel hanya menganggapnya angin lalu. Kemudian ia kembali berjalan ke kamarnya dan melihat adiknya tidur pulas di tempat tidurnya. Dan itu memang kebiasaannya.

Kesal karena adik laki-lakinya kembali tidur di kasur empuknya ia berniat memukul adiknya Niel. Namun, saat itu pula tangannya melewati kepala adiknya.

Terkejut? Tentu saja. Ia langsung berlari ke dapur tempat cermin berada. Dan dia tak bisa melihat pantulan dirinya di sana. Suara langkah kakinya saat berlari juga tak terdengar.

Ia kembali berlari ke ruang tamu untuk melihat foto-fotonya tak berada di sana. Hanya ada foto papa, mama, dan adiknya. Tak menyerah ia kembali mencari mamanya yang sedang memilah-milah dokumen. Dan dia bisa melihat, di kartu keluarga tak terdapat namanya.

Matanya membulat dan sudah mengalirkan air mata. Tak menyerah, ia pergi ke kamarnya lagi dan buku-bukunya tak terdapat di manapun. Bahkan barang-barangnya yang begitu banyak.

Riel menangis sesegukan dan berjalan keluar rumah untuk melihat dua anjingnya dan satu kucingnya.

"Pion, apa kau mendengarku?" mungkin dia sudah gila dengan mengajak berbicara anjingnya yang paling tua. Dan dia bisa melihat anjingnya melihat ke arahnya dan ekornya mengibas senang.

"Embul dan Nissa juga bisa?"

Riel juga bisa melihat anjing kecilnya dan kucing nakalnya melihat ke arahnya. Dan dia tersenyum kecil.

"Aku akan ke sekolah setelah memberi kalian makan. Dan jika dugaanku benar, maka mungkin kita tak akan bertemu lagi."

Riel menjentikkan jarinya dan setumpuk makanan anjing dan kucing muncul di depan ketiga peliharaannya.

Gadis itu berteleportasi ke kelasnya. Melihat daftar hadir guru yang sedang mengabsen di kelasnya dan dia bisa melihat, namanya tak ada di sana. Dan bangku miliknya diisi orang lain.

"Jadi, benar. Eksistensi milikku benar-benar menghilang. Seolah aku tak pernah ada di sini. Aku sedikit bersyukur Pion, Embul, dan Nissa masih bisa melihatku. Tapi, maaf aku akan meninggalkan mereka. Tempatku bukan lagi di sini."

Gadis itu kembali berteleportasi. Kali ini ke tempat dia selalu menatap dalam diam orang yang dicintainya. Berjalan pelan menuju pemuda yang dikaguminya dalam diam.

"Aku mencintaimu."

Pelan dan lembut, kata-kata itu mengalir begitu saja. Keluar tanpa beban. Air matanya kembali mengalir saat mengucapkan hal itu.

"Ah, benar juga. Aku bisa berteleportasi kan? Bagaimana kalau aku pergi ke Korea Selatan dan bertemu NCT? AKHIRNYA KEKUATAN INI BERGUNA JUGA!"

Dengan semangat, gadis itu berteleportasi sambil menatap pemuda tampan itu untuk yang terakhir kalinya.

"Sebelum pergi, ayo menjelajah dunia ini dulu!"

Flashback off!

Yuriel tertawa kecil mengingat ia yang begitu semangat menjelajahi segala tempat. Bertemu idolanya dengan jarak begitu dekat. Bagaimanapun dia dulu begitu miskin dan album grup idolanya kelewat mahal. Dia mana tahan.

Selain Korea Selatan, ia juga pergi ke Jepang, Tiongkok, Inggris, dan banyak tempat lagi. Satu tahun ia habiskan hanya untuk berjalan-jalan ke berbagai tempat.

Bel berbunyi menandakan kelas sudah masuk. Wanita itu berdiri dan berjalan menuju kelasnya.

"Bagaimanapun itu hanya masa lalu. Aku harus fokus pada apa yang ada di depanku."

The Never Ending ReincarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang