Special Story

266 21 5
                                    

Vampire AU
Kaizo x Boboiboy
Request form OkayIgottheKeys

Enjoy the story~

Seorang pemuda dengan paras tampan yang terasa tidak manusiawi menatap rembulan yang bersinar lembut menyinari paras tampannya. Pemuda itu memakai pakaian ala pangeran dari negeri dongeng.

Mata merah darahnya beralih menatap seorang gadis dengan rambut brunette dengan segaris rambut putih. Rambutnya yang bergelombang diurai dan membiarkannya ditiup oleh angin malam.

Gadis itu menatap angkuh sang pemuda. Jika sang pemuda memakai pakaian ala pangeran dari negeri dongeng, maka sang gadis memakai gaun saat kau pergi ke pesta topeng. Elegan dan misterius.

"Jadi, kenapa seorang Shadow mau repot-repot menarik seorang Atlanta ke atap gedung pencakar langit ini?"

Gadis itu, Bianca Atlanta. Seorang pewaris tunggal dari harta keluarga besarnya. Sosoknya angkuh dan ia tak pernah mau menunjukkan wajahnya yang selalu ditutupi oleh topeng putih dengan hiasan mawar merah.

Sedangkan sang pemuda, Kaizo Shadow. Pangeran mahkota dari Kerajaan Shadow. Jika Bianca dikenal angkuh makan dia tak tersentuh. Sosoknya yang dingin membuat banyak wanita mendambakannya.

"Ada hal penting yang harus kita bicarakan."

Sebuah senyum sinis ditampilkan di wajah yang katanya buruk rupa itu. Tangan Bianca terlipat di depan dadanya. Dan dagunya diangkat tinggi.

"Apa itu tentang perjodohan kita?"

Hanya wajah datar yang terpampang di paras menawan itu. Bianca bersumpah akan membunuh pemuda di hadapannya jika dia bukan calon suaminya.

"Benar, kenapa kau tidak menolak perjodohan itu?"

Senyum Bianca semakin melebar. Tapi, sepintas bisa terlihat sorot kesedihan di mata coklat hazel itu.

"Banyak, ada banyak sekali alasan."

Flashback on!

Seorang bocah perempuan berlari secepat yang ia bisa. Pelupuk matanya telah mengalirkan air mata sedari tadi. Kakinya yang berdarah akibat tergores batu dan tubuhnya yang penuh goresan ranting tajam tak ia pedulikan.

Ia memang telah dididik sejak dini tentang gelapnya dunia yang ia tinggali. Aroma anyir darah, teriakan permohonan untuk hidup, serta kotornya tangan yang sehabis membunuh telah ia hadapi sejak ia masih berusia lima tahun.

Namun, melihat secara langsung pembantaian orang tuanya oleh salah satu korban gila mereka ia tak sanggup. Ia baru berusia sepuluh tahun dan dia sudah disuguhi bagaimana wajah penuh darah dan air mata itu menusuk wajah ibunya yang dihujami tusukan dari pecahan kaca.

Kejaran masih berlanjut dan dia sudah mulai kelelahan. Beruntung ia menemukan sebuah gubuk tua. Ia memasukinya dengan gaun biru yang telah ternoda oleh darah.

Dengan langkah tertatih dia memasuki satu-satunya tempat untuk bersembunyi. Yakni, sebuah lemari kayu reot yang berbunyi keras setiap ia membuka pintu lemari itu.

Hanya ada pengapnya udara dan jaring laba-laba. Namun, ia tak peduli. Tubuhnya sudah terlalu lelah dan ia ingin istirahat. Matanya terpejam dan dengan mudah ia memasuki alam mimpi.

Sepenuhnya tak menyadari seorang pemuda berusia sekitar 14 tahun menatap semuanya dengan mata merah darahnya. Pemuda itu melangkah ke lemari tempat sang bocah perempuan tertidur.

The Never Ending ReincarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang