S2: 8

168 23 8
                                    

Yang baca novel ku banyak banget yang tsundere :)

Seorang pria dengan rambut hitamnya yang sudah ditumbuhi uban. Canda uban. Maksudnya dihiasi dengan rambut putih khas keluarganya. Yap, pria itu Amato. Bapak kesayangan Boboiboy yang selalu nyuruh berdikari.

Amato kini tengah bersiap untuk kembali ke Bumi setelah sekian lama. Ia diminta untuk menjadi asisten salah satu profesor yang sedang pergi melakukan misi. Maka dari itu ia akhirnya punya alasan untuk berada di Bumi.

"Amato, kau yakin akan melakukannya?"

Robot bulat merah dengan suara khas bapak-bapak bertanya pada Amato yang sedang menatap sebuah  pigura yang selalu ia simpan dengan hati-hati. Pigura dirinya saat masih duduk di bangku sekolah bersama sosok yang pernah mengisi hatinya.

"Tidak apa, Mechabot. Sejauh apapun aku pergi, aku pasti harus kembali ke sana. Sekeras apapun aku menyangkalnya."

Amato menatap pigura itu dengan pandangan penuh rindu. Dengan lembut ia mengecup sosok dalam pigura itu. Menyalurkan sedikit rasa rindu yang menggebu dalam hatinya.

"Maaf, Rev. Tapi, aku memang egois."

Flashback on!

Saat itu Amato tengah bermain game sendiri. Belum ada seorang pun siswa yang datang ke kelas. Dan Amato mengisi keheningan dengan suara gamenya yang berisik.

Sampai sebuah suara pintu yang dibuka mengalihkan perhatian Amato. Sosok yang membuka pintu bukanlah teman sekelasnya maupun guru. Melainkan seorang siswa asing yang belum pernah ia lihat.

Siswa itu memiliki rambut putih layaknya awan yang mengarak di langit cerah. Mata merah ruby yang memikat. Kulit pucat seolah ia tak memiliki kehangatan dalam  dirinya. Dan tubuh yang bahkan lebih pendek dari Amato.

Sosok itu menatap Amato yang terdiam menatapnya. Berjalan pelan dengan ekspresi dinginnya. Hingga ia sampai di hadapan Amato yang masih diam membisu.

"Apa ini benar-benar kelas 2-3?"

Di luar dugaan, pemuda itu memiliki suara yang agak tinggi seolah belum mengalami pubertas. Dan dia memang tidak terlihat seperti sudah pubertas.

Tidak ada jakun yang menonjol, bulu tipis di bawah hidung ataupun di dagu, bahkan wajahnya tidak terdapat jerawat satu pun. Seperti kulit bayi.

"Hey? Kau baik-baik saja?"

Pemuda itu bertanya kembali seraya melambaikan tangannya di depan wajah tampan Amato. Wajahnya kini sedikit berekspresi dengan matanya yang seolah tengah bertanya.

"A, ah. Maaf, tadi aku melamun. Namaku Amato."

"Revanoel, tadi aku bertanya apa ini benar kelas 2-3?"

"Benar, dan senang berkenalan denganmu."

Revanoel mengangguk dan mengambil bangku di samping Amato kemudian membuka novelnya. Membacanya dengan penuh penghayatan. Melupakan eksistensi Amato yang masih menatapnya penasaran.

"Kuharap kita bisa berteman baik, Rev."

Flashback off.

Amato menaruh pigura itu di dalam kopernya. Ia kembali membereskan barang-barangnya. Dia harus bergegas karena besok dia sudah harus mengajar.

Sedangkan Mechabot hanya menatap diam sahabatnya yang sudah bersamanya sejak kecil. Menghela nafas kecil saat tahu apa yang dipikirkan sahabatnya ini.

*****

"Selamat datang di Desa Misfit!" teriak Riel dengan tidak tahu malu. Ya mau bagaimana lagi. Profesor yang satu ini memang malu-maluin tingkahnya.

"Akhirnya setelah perjalanan panjang kita bisa sampai ke sini."

Boboiboy, Reverse, dan Fang hanya menatap dengan pandangan aneh. Setelah selesai membeli senjata mereka malah langsung diteleportasi. Padahal mereka masih baru mau mandi.

Yah, ada banyak keributan sebelum berangkat ke sini.

"Profesor, kenapa di sini sangat sepi?" tanya Fang seraya melihat ke arah desa yang seolah tak berpenduduk. Hanya ada kabut tebal yang menutupi pandangan.

"Tentu saja sepi. Penghuninya kan hantu."

Riel mengibaskan tongkatnya. Hingga angin kencang muncul mengusir kabut tebal. Maklum, Riel lagi malas baca mantra. Kepanjangan katanya.

Setelah kabut hilang, yang terlihat hanya reruntuhan desa. Gubuk yang tampak hangus adalah pemandangan yang terlihat di sana.

"Lima tahun lalu, desa ini dibakar karena terkena wabah. Sebelum wabahnya menyebar orang-orang bodoh yang takut membakarnya. Padahal sihir sudah eksis. Dan pastinya ada penyihir penyembuh."

Tiga murid Riel hanya mengangguk paham. Pantas saja hanya ada gubuk.

"Tapi, kenapa kita harus memasang pelindung?" Boboiboy bertanya penasaran.

"Karena hantu-hantu di desa ini adalah mahkluk kegelapan. Karena itulah kita harus memasang pelindung."

Riel menghadap ke arah muridnya. Ledakan besar muncul saat ia berbalik. Dan sebuah senyum menakutkan terpatri jelas di sana.

"Dan tugas kalian bertiga adalah membawa mereka kembali ke alam mereka yang seharusnya."

Sebuah rune kuno muncul di bawah kaki Riel. Tawa mengerikan terdengar dari belakang Riel. Dan bayangan-bayangan hitam muncul dengan gigi hiu mereka.

"Sampai aku menyelesaikan rune ini. Tolong tahan mereka ya."

Rune kuno dengan cahaya biru cerah itu semakin melebar menjadi pertanda bahwa pertarungan telah dimulai.

TBC

Belum pada ngilang kan?

Nah, bagi yang bertanya-tanya kenapa Riel lama updatenya. Riel lagi sakit. Bersin, batuk, amandel, diare, kadang sembelit, pegal-pegal, bahkan sekarang aku ngerasa badanku mulai hangat.

Sekalinya sakit banyak banget dan susah sembuh. Tersiksa akutuh. Udah gitu masih harus sekolah lagi. Padahal di sekolah kerjaku cuma streaming sama main uno. Gak ngerti lagi akutuh. Bisa-bisanya aku main uno waktu lagi sakit. Dan semua ini terjadi karena Riel pergi ke rumah sepupu yang di luar kota dan panasnya kelewatan. Riel kan benci panas.

Udah gitu Riel gak bisa makan kue tahun baru lagi. Selain karena susah makan, kue Riel ditahan katanya biar cepat sembuh. Riel kan jadi tarhirim.

Lah, Riel malah curhat. Udah ah. Riel mau balik rebahan. Sambil nonton drakor yang baru Riel temuin. The Way I Hate You. Riel suka karena biasku ada di sana.

Papay~

The Never Ending ReincarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang