BAD BOY (6)

556 51 11
                                    

***

NINE ONE HANNAM, SEOUL

"Tidak ada kata-kata terakhir?" Jiyong menekan pelipis Sandara dengan ujung pistolnya lebih keras.

Sementara Seungri hanya bisa diam menatap Sandara yang masih terlihat tenang.

"Katakan sesuatu jalang." Jiyong menekan lagi pistolnya. "Jangan sok tenang."

"Silahkan tembak saja." Akhirnya Sandara mengeluarkan suaranya.

"Jangan menantangku, ini bukan pertama kalinya aku menembak wanita."

"Tembak saja."

Jiyong menyeringai. "Ayo kita lihat setelah ini apakah kau masih bisa menyombongkan dirimu seperti itu."

"Silahkan tembak aku."

Jawaban Sandara membuat Jiyong tercengang sekaligus semakin marah. Dia menekan sekali lagi pistolnya tapi betapa kagetnya dia saat Sandara merebut pistol itu dengan cepat dan menodong balik ke arah Jiyong.

Jiyong terkejut setengah mati dengan para bodyguard yang mulai berdatangan, menodongkan senjata ke arah Sandara.

Sandara menatap Jiyong lekat-lekat, mulutnya terkatup rapat, wajahnya tenang namun menyimpan ketakutan yang bercampur dengan kekesalan.

Sementara Jiyong masih belum bisa berkutik. Bukan karena dia takut pada peluru, namun dia masih tidak menyangka gadis ini berani menodongkan senjata ke arahnya.

"Aku tau ini tidak ada pelurunya." Sandara menurunkan pistolnya dan menyerahkannya kembali pada Jiyong yang masih membeku.

Jiyong mengusap mulutnya dan mengambil pistol dari tangan Sandara dengan kasar. Matanya masih menatap tajam pada gadis itu.

"Ambilkan pelurunya." Perintah Jiyong pada bodyguard yang ada di sana.

"Sir..." Seungri terkejut.

"Kau diam! Aku bilang ambilkan pelurunya."

"Sir, jangan gegabah."

"AMBILKAN PELURUNYA BRENGSEK!!"

Salah seorang anak buah Jiyong datang dan menyerahkan peluru, Jiyong memasangkannya di dalam pistol miliknya itu, kemudian ia menarik pelatuk dan kembali menodongkannya ke depan wajah Sandara.

Kini gadis itu berubah menjadi semakin takut, walaupun dia berusaha untuk menyembunyikan ketakutannya sebisa mungkin, tapi raut itu tetap saja terlihat. Jarinya gemetar dan kakinya membawanya mundur selangkah. Dadanya mulai naik turun karena dentuman di jantungnya yang mendadak cepat.

"Astaga, benarkan dia akan menembakku? Seperti Chaerin?"

Jiyong menatapnya dengan bola api di matanya. Suasana mencekam dengan semua pelayan dan bodyguard yang diam seribu bahasa. Mereka mengerti betul kalau sekarang tuan mereka sedang marah besar.

"Kau menantangku, huh? Aku tidak segan-segan menembak siapa saja."

Geraman Jiyong membuat Sandara diam-diam melangkah mundur. Sementara Jiyong maju lagi, kemarahan sudah membungkus seluruh kepala pria 33 tahun itu.

"Kali ini aku tidak bercanda." Mata api Jiyong berhasil membakar jiwa Sandara.

Dia kembali melangkah mundur, kerongkongannya tercekat cukup parah, bersiap untuk mati.

"Jangan berani menantangku, jalang." Jiyong menarik pelatuk.

Sandara memejamkan matanya. Pertanyaannya adalah, sudah siapkah dia untuk mati?
Tidak. Dia tidak ingin mati konyol.
Hah, siapa pria brengsek ini?

BAD BOY (DARAGON) COMPLETE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang