BAD BOY (41)

357 32 11
                                    


***

NINE ONE HANNAM, SEOUL

"Apakah ini benar?" Sandara segera menghampiri Jiyong yang ternyata sudah berada di ruang tengah bersama Seungri dan beberapa pengawal.

"Kau baik-baik saja, Sayang?" Jiyong menangkup wajah Sandara, ia tampak khawatir setelah mendapat laporan bahwa teror panah itu kembali lagi.

"Apakah ini benar?" Sandara kembali bertanya, mengangkat kertas yang ia pegang tadi.

Mata Sandara berkaca-kaca, jantungnya berdegup, dia berharap ini tidak benar. Dia berharap ini hanyalah fitnah. Tapi, kenapa rasanya itu sulit sekali untuk dipercaya?

"Jawab aku."

Jiyong menatap tulisan itu dan ekspresinya segera berubah. Sandara tau betul ekspresi apa itu. Namun pria itu berusaha memasang ekspresi sesantai mungkin.

"Saat ini bukan waktu yang tepat untuk membahas sesuatu yang konyol seperti itu."

"Bagimu nyawa orang adalah sesuatu yang konyol?"

"Dara itu----"

"Ternyata ini benar."

"Tidak."

"Kau benar-benar membunuh Hyoni? Dia salah apa? Sampai kau tega membunuhnya?"

Jiyong diam saja. Mulutnya terkatup rapat. Dia benar-benar tidak menyangka ini akan menjadi seperti ini. Dia sudah mengantisipasi tentang terbongkarnya rahasia itu, tapi malam ini, terlalu cepat dan mendadak.

Ditambah lagi, siapa keparat itu sebenarnya?
Kenapa dia tau tentang ini?

Tangan Jiyong terkepal keras di sisi tubuhnya.

"Dan ibu tiriku...kau juga membunuhnya?"

"Dia menyiksamu."

Sandara menggigit bibirnya keras, menelan ludah susah payah sementara tangannya gemetar dan matanya mulai berair.

"Dia wanita gila yang menyakitimu."

"Aku sudah melupakan semua itu. Aku tidak pernah berniat membalas dendam atau ingin orang lain membalas dendam. Aku sudah melupakannya dan memaafkannya."

"Dia membunuh ibu kandungmu."

"Aku tau."

"Kau tau?"

"Ayahku mencintai ibu tiriku, dia sangat mencintainya..." Suara Sandara mulai serak.
"Sekarang...dia pasti sangat kehilangan..."

Jiyong tak menyangka disaat seperti ini wanita itu masih saja mengkhawatirkan ayah sialannya itu.

"Apakah kau juga berniat ingin membunuh ayahku?"

"Ayahmu---"

"Dia tidak baik? Tapi dia tetap ayahku yang sudah memberikanku kehidupan. Dia hanya terlalu cinta pada ibu tiriku dan kau tak bisa menyalahkan itu. Ayahku, memang terlihat tidak baik tapi aku tau dia memperhatikanku diam-diam.
Jadi jangan berani menyentuhnya."

Jiyong bergerak lebih dekat, berniat menyentuh pipi Sandara, tapi...

"Jangan mendekat!" Sandara seketika mundur. "Apakah menurutmu membunuh manusia sama seperti menepuk nyamuk? Semudah itu kau melakukannya? Apakah kau memang tak punya hati? Kau tak pernah merasa kehilangan bukan? Untuk apa kau membalas dendam pada ibu tiriku kalau kau sendiri tak ada bedanya dengan dia?"

Jiyong tak mampu menelan ludahnya ataupun bernafas saat melihat wanita itu terlihat begitu terpukul, marah dan sedih di waktu yang bersamaan.

"Hyoni... dia gadis yang baik. Dia ada disaat aku sedih. Dia tak pernah mengusik orang lain. Tidak ada alasan untuk menyakiti gadis itu." Sandara semakin lemas.
"Hyoni tidak punya orang tua, hidupnya susah. Tapi dia bertahan untuk hidup sendirian, dan semudah itu kau merenggut nyawanya."

BAD BOY (DARAGON) COMPLETE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang