1. Biang Gosip

18.4K 1.9K 57
                                    

Aku menghela napas kasar ketika Daryn dan Safa meninggalkan meja kantin yang kutempati.

Setelah Dicky sembarangan membocorkan rahasiaku di depan Mas Ben dan teman-temannya, aku jadi harus menyelesaikan beberapa kekecauan. Pertama, menjelaskan pada Daryn apa yang sebenarnya terjadi, sampai aku terpaksa membawa namanya dalam permasalahan yang kuhadapi. Setidaknya aku perlu memberitahu ini lebih dulu pada Daryn, sebelum dia mendengarnya dari orang lain.

Untungnya, Daryn langsung memaafkanku, setelah aku berjanji akan meluruskan semua ini pada Mas Ben dan teman-temannya. Setelah kupikir-pikir, aku nggak terlalu menyesal sudah menyeret nama Daryn, karena dia bukan tipe cewek drama queen. Bahkan ketika Safa mengomeliku, Daryn lebih banyak diam. Padahal Daryn sangat berhak untuk marah. Namun, dia memilih untuk nggak memperpanjang masalah ini, selama aku mau memperbaikinya. Mungkin kalau yang kusebut adalah orang lain, masalahnya nggak akan jadi sesimpel ini.

Omong-omong, Mas Ben itu kakak tingkatku yang cukup terkenal, karena dia sering menjadi asisten laboratorium di beberapa praktikum. Ada banyak hal yang membuatku menyukai Mas Ben. Mulai dari tubuhnya yang tinggi, sorot matanya yang dingin, tapi selalu bisa membuat nyaman siapa pun yang diajaknya bicara. Juga bagaimana cool-nya dia saat menjelaskan materi. Semakin lama aku mengenal Mas Ben, ketertarikanku padanya kian meningkat. Sifatnya seperti bawang merah yang berlapis-lapis. Membuatku jadi penasaran dan ingin terus mengetahui lebih banyak tentangnya.

Sudah lebih dari satu semester, kabar kalau aku menyukai Mas Ben menjadi rahasia umum bagi teman sekelasku. Dan selama itu pula, tidak ada masalah apa pun yang terjadi. Teman-temanku nggak pernah ikut campur dengan itu. Malahan mereka cenderung mendukung hubunganku dengan Mas Ben. Salah satunya dengan terus memberitahuku kabar apa saja yang mereka dengar soal Mas Ben.

Lalu tiba-tiba saja, tanpa sebab yang jelas Dicky membocorkannya sesantai itu.

"Itu Daryn yang kemarin lo maksud kan, Ren?" Mbak Kania bergabung di mejaku sambil menoleh pada punggung Daryn dan Safa yang berjalan menjauh.

Alih-alih segera menjawab, aku justru mengedarkan pandangan ke arah lain. Mencoba mencari tahu apakah Mbak Kania sedang bersama teman-temannya atau tidak.

"Iya, Mbak. Tapi kemarin tuh gue salah ngomong. Ternyata Daryn nggak suka sama Mas Ben. Kayaknya waktu denger gosip itu, gue salah tangkep deh!" aku menjawabnya setelah mendapati Mas Brian, Mas Ben dan Mbak Amanda yang tengah memesan makanan di salah satu stand kantin. Kalau dilihat dari tatapan mereka, sepertinya sebentar lagi mereka semua akan ikut bergabung di meja ini.

"Salah tangkep gimana?" tanya Mbak Kania.

"Waktu itu gue denger gosipnya cuma sepotong-sepotong gitu, Mbak. Terus gue malah sotoy banget, langsung nyimpulin kalau Daryn suka sama Mas Ben yang itu. Padahal ternyata Ben yang dimaksud Daryn itu orang lain," terangku sambil menatap Mbak Kania, tanpa berani menggeser tatapanku sedikit pun, karena saat ini teman-teman Mbak Kania yang kumaksud tadi sudah ikut bergabung di mejaku.

"Beneran bukan Ben yang ini?" Mas Brian menimpali sambil meletakkan telapak tangannya di kepala Mas Ben, yang langsung ditampik kasar oleh si pemilik kepala.

"Bukan, Mas."

Kemudian Mbak Amanda menimpali, "Ben kan nama pasaran. Kayaknya di dunia ini, yang namanya Ben itu ada 30% dari populasi manusia di seluruh dunia deh!"

Mas Ben hanya mencebikkan bibirnya untuk menanggapi ledekan itu. Lalu Mas Brian merangkul Mas Ben dan sesekali menepuk-nepuk pipinya. "Yaaahh ... liat nih, Ren, muka Ben langsung keliatan kecewa gini! Padahal dia udah seneng banget lho, kemarin tuh! Akhirnya ada juga cewek yang naksir dia. Eh, nggak taunya salah orang!"

Heartbreak Girl (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang