Seharusnya kelas pagi ini dimulai sejak setengah jam yang lalu. Namun, sampai saat ini dosen pengampunya belum juga menunjukkan tanda-tanda kehadiran. Makanya suasana kelas sangat ricuh, dengan berbagai topik yang bersahut-sahutan, mengingatkanku pada momen di SMA saat jam kosong.
"Ini PJ matkul siapa sih? Udah chat ke Bapaknya belum?" keluh Vika dengan suara cemprengnya.
Nana selaku penanggung jawab mata kuliah ini, langsung bersuara, "Gue udah chat, tapi belum di-read. Kita tunggu aja dulu,"
"Vik, mending lo tawarin siapa aja yang mau ikut nonton. Kan seru tuh kalo rame-rame!" ujar Alesia.
Seketika raut wajah Vika berubah cerah. Dia berdiri dari kursinya, lalu mengedarkan pandangan pada sekeliling. "Guys, siapa yang mau ikut nonton bioskop bareng?"
Seperti biasanya, teman-temanku langsung menyahuti tawaran Vika dengan penuh antusias. Hal semacam ini sudah biasa terjadi. Mulai dari hal yang sepele seperti makan bareng, nonton bi0skop bareng, atau bahkan konser bareng, pasti Vika and the gang yang menjadi pelopornya.
Berbeda dengan kebanyakan jurusan lain, jurusan Biologi di kampusku memakai sistem KRS paketan, di mana sejak semester 1 sampai lulus, pembagian kelas kami sudah ditentukan oleh TU. Makanya sejak semester satu, anggota kelas ini selalu tetap. Memang bisa pindah kelas, tapi dianjurkan untuk nggak pindah-pindah, agar memudahkan pembagian jadwal praktikum. Oleh karena itulah, kebersamaan anak kelas kami jadi lebih erat, seperti anak SMA.
"Nonton apa, Vik?"
"Joker!"
"Gue mau ikut dong!" seru Thalita.
"Kalo rame banget, ntar jadinya kayak mau tawuran nggak sih?" ucap Tyra pelan, yang masih bisa kudengar karena aku duduk tepat di belakangnya.
Vika malah menggeleng mantap. "Ya nggak papa. Kalo bisa malah sekelas ikut semua, jadi nanti kita kayak nyewa satu bioskop gitu! Pasti seru banget deh!"
Berhubung Tyra duduk menyamping, aku bisa melihat mukanya tampak nggak setuju, tapi diam saja. Sepertinya dia mengerti kalau ucapan Vika agak sulit dibantah. Apalagi melihat bagaimana semangatnya Vika sekarang.
"Coba yang mau ikut nge-list di grup ya! Ayo dong, kalo bisa ikut semuaa!" seru Vika. Kemudian tatapan Vika tertuju pada gerombolan cowok di pojok kelas yang sedang main game. "Dik, lo ikutan kan? Gue masukin nama lo di list ya?"
Dengan tatapan yang masih terfokus pada ponsel, Dicky menjawab, "Nggak! Ngapain gue ikut? Itu cuma akal-akalan lo aja kan, biar bisa pamer gebetan baru ke kita semua?"
"Makanya, paling ntar lo sibuk sama Kylan, nggak peduliin kita-kita! Ngapain lo ngajak anak sekelas banget sih?" timpal Tyra.
Bukannya tersinggung, Vika justru terkekeh tanpa dosa. "Kok kalian langsung paham niat terselubung gue sih? Jadi malu deh!"
Kemudian Reno ikut menyahut, "Gue ikut, tapi kelar nonton lo harus jadian sama Kylan!"
Alesia langsung berdiri dari kursi dan menjentikkan jemarinya. "Nah, gue setuju! Capek deh gue dengerin lo curhat soal Kylan mulu, tapi nggak jadian juga! Gue yakin juga kalau Kylan lo kodein dikit, pasti bakal langsung nembak lo!"
"Iya, gue rasa juga Kylan tuh lagi nunggu timing yang pas buat nembak lo, karena selama ini lo masih keliatan nggak serius, jadi Kylan nggak berani maju," tambah Tyra.
Sebetulnya Vika nggak pernah benar-benar menceritakan soal gebetan barunya padaku. Namun, berhubung dia biasa bercerita dengan suara keras begini, lama kelamaan aku jadi ikut paham dengan ceritanya. Meski kadang aku bingung cowok yang sedang mereka bicarakan itu siapa, karena terus terang, cowok yang dibahas Vika itu banyak, dan hampir setiap hari berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreak Girl (COMPLETED)
RomanceSelama ini hidup Karen begitu datar. Dia hanya mengisi sebagian besar waktunya untuk belajar dan mengagumi kakak tingkat di kampusnya. Namun, entah karena angin dari mana, tiba-tiba saja Dicky mengganggu hidupnya. Sebagai cowok yang terkenal memili...