Aku menoleh sekali lagi pada Dicky yang sedang fokus menyetir. Masih tidak menyangka bahwa ide impulsifku ini sungguhan terwujud. Entah kesepakatan macam apa yang diajukan Mas Alby pada Dicky. Dicky tidak mengatakan apa pun, hanya tersenyum penuh kesombongan, seolah tidak ada yang tidak bisa dia lakukan di dunia ini.
Untungnya ini bertepatan dengan proyek penelitian Ibu di luar kota, sehingga tanpa perlu aku minta pun, Ibu memang akan menyuruhku menginap di rumah Mas Alby selama akhir pekan ini. Dan jangan harap Ibu mengingat hari ulang tahunku. Entah sejak kapan, aku tidak lagi antusias dengan hari ulang tahun. Karena setiap tahun terasa sama saja.
Kecuali tahun ini. Selain karena sekarang aku punya pacar, ini adalah ulang tahunku yang ke-21!
Saat masih remaja, aku sangat menantikan momen ulang tahun ketujuh belas. Namun, rupanya tidak ada yang berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Maka setelahnya aku mengharapkan ada sesuatu luar biasa yang kurasakan di ulang tahun kedua puluh.
Dan Dicky berhasil membuat impianku menjdj nyata.
Sepanjang perjalanan, aku tidak bisa berhenti tersenyum. Apalagi ketika aku mencuri pandang ke arah Dicky, lalu tanpa sengaja sorot mataku malah bertabrakan dengan tatapan singkat Dicky juga. Hanya dengan begitu saja, jantungku sudah berdegub tidak karuan, seakan ini adalah kencan pertama kami.
Dalam hati aku bersyukur punya pacar seperti Dicky. Sebelumnya dia sudah pernah naik gunung, sehingga dengan senang hati dia mengajukan diri untuk menyiapkan semuanya. Mulai dari tenda, sleeping bag, alat memasak, dan lain-lain. Aku sudah dua kali menanyakan harus membawa apa, tapi Dicky malah bilang, "udah, kamu mah cukup bawa diri aja. Sama kebutuhan pribadi, kayak skincare, make up, sama baju ganti."
Saat pertama kali memasuki mobil ini, aku langsung mendapati kursi barisan tengah dipenuhi barang-barang, nyaris tidak ada ruang yang tersisa. Entah apa saja yang Dicky bawa kali ini. Padahal rencananya kami hanya akan menginap satu malam. Namun, barang yang dia bawa seperti mau kabur dari rumah sebulan. Saat aku bertanya kenapa barangnya sebanyak itu, dia hanya terkekeh. "Nanti juga kamu tahu sendiri!"
Sebenarnya aku sudah mencari pantai yang bagus untuk camping, tapi saat Dicky tidak setuju. Katanya, pantai yang kuinginkan itu sangat ramai kalau akhir pekan. Nanti jadi kurang nyaman untuk menikmati pemandangan kalau ada begitu banyak orang. Kemudian dia mengajukan diri untuk mencari pantai dengan pemandangan terbaik yang belum banyak diketahui orang-orang, sehingga lebih sepi dan kami bisa menikmati pemandangan dengan nyaman. Berhubung raut wajahnya terlihat sangat meyakinkan, aku pun mengiakannya.
Setelah dua jam perjalanan, akhirnya mobil Dicky berhenti juga. Aku pikir, kami sudah sampai di pantai tujuan. Ternyata belum. Dicky malah menghentikan mobilnya di sebuah lahan kosong, yang sepertinya adalah tempat parkir, tapi hanya ada satu mobil lain yang mengisi. Lalu dengan santainya dia berseru, "akhirnya sampai juga!"
"Pantainya mana?"
Alh-alih menjawab pertanyaanku, dia hanya tersenyum, kemudian keluar dari mobil terlebih dahulu. Mau tidak mau, aku pun mengikutinya. Dicky langsung membuka bagasi mobilnya, bersiap mengeluarkan satu per satu barang bawaannya.
"Pantainya di mana sih? Jangan bilang, harus jalan jauh dulu ya?" Aku mengulangi pertanyaan sambil membantunya membawakan beberapa kantong plastik.
Dicky mengangguk. "Ya jalan bentar deh, dijamin worth it sama pemandangannya!"
Berhubung barang bawaan kami terlalu banyak, akhirnya tidak semua barang kami keluarkan. Nanti kalau membutuhkan sesuatu, bisa kembali lagi ke sini untuk mengambilnya. Dicky berjalan lebih dulu sambil membawa carrier yang berisi tenda, sleeping bag dan matras. Sambil berjalan dia terus berceloteh mengenai betapa serunya mendaki gunung. Yang diakhiri dengan meracuniku agar suatu hari bisa ikut dia mendaki gunung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreak Girl (COMPLETED)
RomantizmSelama ini hidup Karen begitu datar. Dia hanya mengisi sebagian besar waktunya untuk belajar dan mengagumi kakak tingkat di kampusnya. Namun, entah karena angin dari mana, tiba-tiba saja Dicky mengganggu hidupnya. Sebagai cowok yang terkenal memili...