Bag 3

1.3K 173 4
                                    

Air mata Chanyeol tiba tiba menetes selama ini ia tidak pernah sekalipun menangis, untuk kali ini ia merasa bersalah dan sedih karna tidak bisa merawat putranya dengan baik semenjak istrinya tiada. Ia bahkan tidak bisa menepati janji yang dulu di berikan mendiang istrinya.

"Maafkan Ayah Njun karena belum bisa merawatmu dengan baik nak" chanyeol terus memandang putranya dengan wajah sedih setelah meneteskan air mata yang ia pendam selama ini karena terlalu sibuk dengan pekerjaanya.
Chanyeol merebakan dirinya di tempat tidur sambil memeluk putra semata wayangnya.

Pagi hari Yoona mengetuk pintu kamar putranya untuk membangun Renjun yang tidur di kamar Chanyeol.

"Yeol buka pintunya nak ini sudah pagi waktunya Renjun berangkat sekolah" ucap Yoona setengah berteriak. Chanyeol yang merasa terganggu akhirnya membuka pintu kamar.

"Ya Bu aku akan bangunkan Renjun" ucap Chanyeol mendatangi Renjun yang masih tertidur pulas.

"Renjun bangun ini sudah pagi waktunya kamu sekolah" ucap chanyeol menggoyangkan tubuh putranya.

"Eunggghhh iya Ayah cebental lagi" jawab Renjun.

"Tidak ini sudah siang nanti kamu terlambat sayang" jelas Chayeol. Akhirnya Renjun terbangun dengan mata yang masih terpejam menuju kamar mandi setelah selesai ia menuju meja makan untuk sarapan. 

Di rumah Wendy sedang di sibukan membuat sarapan untunya. Ia hanya memasak ramen untuk mengisi perutnya saat mengajar nanti. Wendy menyantap sarapan paginya dan bersiap untuk berangkat. Ia berjalan menuju halte seperti biasa ia akan menunggu bus datang untuk sampai ke sekolah namun bus tak kunjung datang.

Sedangkan Renjun telah siap menaiki mobil menuju sekolah ia hari ini di antar oleh Nenek nya karna ayahnya sekarang selalu sibuk bekerja membuatnya merasa sedih setiap hari.

"Njun kamu kenapa?" tanya Yoona pada cucu kesayangannya.

"Njun sedih nek kalna cemua teman teman njun di antal oleh Ayah, Ibunya" jelas Renjun dengan wajah sedih.

"Bukankah Renjun di antar Nenek kenapa harus sedih, apa Renjun tidak mau di antar Nenek" ucap Yoona dengan wajah sendu seperti akan menangis.

"Bukan begitu Nek injun hanya lindu Ayah, apa Ayah cudah tidak mau mengantal Njun lagi Nek?" Renjun kembali bertanya.

"Tidak Njun, apa kamu lupa kata kata Bu guru kemarin, Ayahmu bekerja untukmu agar kamu bisa sekolah dan membeli barang barang yang kamu suka" jelas Yoona.

"Nju ingin punya Ibu nek sepelti yang lain" ujar Renjun menatap ke arah luar. Saat ia melihat ke arah jalan tidak sengaja Renjun melihat Wendy yang sedang berdiri di halte bus.

"Bu gulu cantik," ucap Renjun sedikit keras membuat Yoona menolah ke arah tujuan Renjun.

"Siapa njun?" tanya Yoona.

"Bu gulu cantik nek, itu dia nek" balas Renjun menunjuk ke arah Wendy.

"Tolong berhenti di halte itu sebentar Pak" ucap Yoona menyuruh sopirnya berhenti.

Mobil berhenti tepat di depan Wendy membuat wanita cantik itu merasa bingung. Saat melihat ke arah mobil Wendy di kejutkan dengan teriakan muridnya.

"Bu gulu cantik" teriak Renjun membuat Wendy terkejut.

"Maaf nona jika cucu ku mengagetkanmu" jelas Yoona keluar dari mobil mengikuti Renjun.

"Tidak apa apa nyonya" Wendy tersenyum menjawab ucapan Yoona.

Wendy sedikit berjongkok menyamakan tubuhnya dengan tubun Renjun sambil tersenyum ia tau Renjun sedang sedih.

"Renjun sayang ada apa?" tanya Wendy. Renjun hanya diam dan menarik Wendy untuk masuk ke dalam mobil tanpa mengatakan sesuatu membuat Wendy kebingungan. Ia melihat ke arah Yoona.

"Tidak apa nona masuklah mungkin Renjun ingin mengajakmu berangkat bersama" balas Yoona mengikuti mereka masuk ke dalam mobil.
Mobil berjalan menuju sekolah butuh waktu beberapa menit. Mereka sampai tepat saat bel berbunyi. Wendy mengajak Renjun menuju ke kelas.

"Nenek injun macuk dulu ya" pamit renjun pada neneknya.

"Terimakasih nyonya atas tumpangannya" ucap wendy membungkukkan badan.

"Aku titip cucu ku nona" ucap Yoona meninggalkan Wendy.

Wendy melangkahkan kakinya menuju kelas untu mengajar. Saat masuk semua murid menyapanya. Kini Wendy memulai pelajaran tentang menggambar.

Renjun merasa bingung harus menggambar apa, murid yang lain sudah selesai namun ia masih bimbang.

Wendy berjalan menuju ke arah anak-anak untuk melihat hasil gambar yang telah mereka buat. Saat sampai di meja Renjun ia bertanya.

"Renjun sayang kenapa buku gambarmu masih kosong sayang? Kenapa tidak menggambar apapun. " Tanya Wendy pada Renjun.

"Injun bingun Bu gulu halus gambal apa" jelas Renjun.

"Renjun sayang gambar lah sesuatu atau seseorang yang ada di hati dan pikiran mu lalu gambarlah" jelas Wendy memberi arahan pada Renjun.

Sedangkan di kantor Chanyeol sedang sibuk dengan kertas kertas yang ada di meja. Tiba tiba Chanyeol mendengar keributan di depan pintu ruangannya. Ia membuka pintu dan melihat kekasihnya yang sedang berdebat dengan sekertarisnya.

"Ada apa ini?" tanya Chanyeol menghentikan perdebatan mereka.

"Maaf  Pak nona ini memaksa masuk ke ruangan anda" jelas sekertarisnya.

"Sayang, wanita ini tidak memperbolehkan aku masuk ke mari" jelas Rose kekasih Chanyeol sambil memeluk kekasihnya.

"Masuklah" ucap Chanyeol pada Rose.

"Kembalilah ke ruanganmu" jelas Chanyeol pada sekertarisnya.

Chanyeol mengikuti Rose masuk ke dalam ruangannya.

"Ada apa kemari?" tanya Chanyeol.

"Aku rindu padamu sayang, memang apa lagi" jelas Rose memeluk Chanyeol.

"Aku sedang banyak pekerjaan Rose besok saja kita bertemu" jelas Chanyeol pada kekasihnya.

"Kau selalu saja begitu mengatakan aku sibuk ini, sibuk itu bla bla bla " ucap Rose marah. Rose pergi meninggalkan Chanyeol tanpa mendengar penjelasan kekasihnya.

Hari sudah siang semua murid keluar dari kelas mereka untuk pulang. Renjun masih termenung di depan gerbang menunggu jemputan datang. Wendy mendekati bocah kecil itu.

"Renjun kau belum pulang?" tanya Wendy.

"Belum Bu gulu Injun cedang menunggu nenek injun" jelas Renjun.

"Kamu kenapa sedih saharian ini?" Wendy kembali

"Injun tidak sedih kok Bu gulu" Renjun mengelak pertanyaan Wendy.

"Jangan bohong, Ibu tau Injun menyembunyikan sesuatu kalau boleh, Injun bisa cerita pada bu guru. " Jelas Wendy.

"Injun sedih kalna tidak punya ibu" jelas Renjun sedih. Membuat hati Wendy menjadi iba dan tidak tega melihat kesedihan anak ini.

"Memang ibu Renjun di mana" tanya Wendy.

"Ibu Injun cudah belada di sulga Bu gulu" jelas Renjun.

"Tapi kan Renjun masih punya Ayah dan Nenek" jelas Wendy

"Tapi Ayah celalu cibuk dan Nenek juga cudah tua Bu gulu" ucap Renjun mengrucutkan mulutnya.

Wendy memeluk Renjun dengan penuh kasih sayang agar ia merasakan bagaimana dirinya di peluk oleh seorang ibu. Renjun merasa nyaman saat di peluk oleh Wendy.

"Injun bisa kok menganggap Bu guru sebagai Ibu renjun" ucap Wendy.

"Benarkah Bu gulu" tanya Renju.

Wendy menganggukan kepala dan melihat betapa senangnya Renjun saat ia menganggap Wendy sebagai ibunya.

"Kalau begitu Injun akan memanggil Ibu " jelas Renjun. Wendy hanya menganggukan kepala dan tersenyum.


Ibu PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang