19. Abnormalitas Yang Mengganggu Benak Alvia

19 8 17
                                    

"Kami adalah rahib-rahib gereja, pengabdi Sang Agung." ~ Trias Ade Maverick.

¤¤¤

Ketika hendak menembakkan anak panah, Giovanni tiba-tiba jatuh ke tanah. Seluruh tubuhnya terasa sakit seperti ditusuk-tusuk oleh ribuan jarum tajam.

"Kenapa ini?"

Di atas permukaan kulit Giovanni muncul bercak-bercak kebiruan mirip luka lebam, bercak itu menyebar semakin luas seiring waktu.

Bercak kebiruan yang muncul di tubuh Giovanni tersebut merupakan gejala apabila seseorang menggunakan terlalu banyak Mana mereka.

"Gawat, serangan tadi pasti mengonsumsi hampir semua Mana yang Giovanni miliki. Jika dia terus memaksa, bisa-bisa ...."

Furash bingung bukan main menghadapi situasi ini. Di saat dia tengah tidak bisa berbuat apa-apa, Giovanni sedang berada dalam bahaya.

"Jangan menembakkan anak panah lagi! Kau bisa mati jika melakukan itu!" seru Furash.

Giovanni pun sadar bahwa dia telah menggunakan terlalu banyak Mana. Tapi, Giovanni berpikir kalau menurunkan busurnya di hadapan Glaze Fox yang hendak memangsanya tidak lebih baik daripada mati kehabisan Mana.

'Aku tidak akan menyerah. Sebab, ada seseorang yang ingin kutemui kembali!'

Giovanni memaksa berdiri dan menarik anak panahnya lagi. Furash kaget melihat kegigihan Giovanni itu. Dalam situasi lain mungkin dia akan bangga, namun tidak untuk saat ini.

"Apa yang kau lakukan?! Sudah kubilang jangan menembak!" teriak Furash yang berakhir sia-sia sebab Giovanni mengabaikannya.

Si Glaze Fox terkagum pada tekad yang Giovanni miliki. Dia sedikit tersenyum seraya menurunkan kepala sebagai bentuk tanda penghormatan.

Berbeda dari beberapa saat yang lalu ketika dia meremehkan Giovanni, kini dia sedikit menghargainya. Namun Glaze Fox tak berniat memberi belas kasihan sedikit pun pada Giovanni.

Monster rubah itu mulai membentuk embun es, kemudian mengubahnya menjadi duri-duri es tajam yang berukuran cukup besar. Kali ini, dia yakin Giovanni tak akan mampu selamat.

"Falldom!"

Ketika hendak menyerang, Glaze Fox dikejutkan oleh tubuhnya yang tiba-tiba terasa sangat berat. Dia tak mampu menumpu beban yang ada sehingga jatuh dengan keras ke tanah. Glaze Fox itu berusaha sekuat tenaga untuk bangun, namun tekanan yang ada malah semakin meningkat.

"Sungguh merepotkan!"

Dari balik rimbun pepohonan, Alvia berjalan keluar sambil mengacungkan tongkat sihirnya. Tangannya tampak gemetar, dahinya pun berkeringat.

Alvia kelihatan menggunakan mantranya dalam konsentrasi Mana yang cukup tinggi, oleh sebab itu dirinya memerlukan kontrol serta fokus lebih terhadap tongkat dan mantra yang sedang digunakannya.

"Tuan Furash!" Raven yang datang bersama Ceanta beberapa saat kemudian bergegas menghampiri pria tua itu lalu berusaha mengeluarkannya dari balok es.

"Apa yang kau lakukan? Bantu Giovanni terlebih dahulu, jangan aku!" ujar Furash.

"Dia bersama Ceanta. Aku yang akan membantumu."

Furash melihat Ceanta menghampiri Giovanni. Kemudian, gadis itu memapahnya ke sebuah pohon. Ceanta tampak amat khawatir pada keadaan Giovanni. Dia tak tega melihat kondisi tubuh Giovanni yang membiru dan merasakan sakit setiap detiknya.

"Raven, cepat selesaikan urusanmu! Mantraku menguras banyak Mana. Aku tak bisa lama menahan rubah es ini," kata Alvia memperingatkan.

Raven pun mempercepat pekerjaannya mengeluarkan Furash dari dalam balok es. Sementara itu, Ceanta melakukan tugasnya mengurus Giovanni.

ARC OF THE HEIR: TALE OF STRIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang