"Seorang pemburu harus dapat belajar sesuatu yang baru meski itu terkesan mustahil baginya." ~ Alvia Etherancia.
¤¤¤
Alvia, Raven dan Furash memperhatikan Ceanta dari kejauhan. Mereka telah siap dengan senjata masing-masing untuk berjaga-jaga. Melihat sikap ketiganya, Ceanta tak bisa berbuat banyak selain tersenyum canggung.
Giovanni yang telah berbicara dengan Ceanta dan sudah yakin kalau gadis itu tidaklah berbahaya akhirnya berusaha menerangkan pada partynya kalau Ceanta aman untuk didekati.
"Aku tidak mempercayaimu! Bisa jadi kau berada dalam guna-guna banshee jelek itu!" ujar Alvia.
"Kau tidak dihipnotis kan, Giovanni?"
"Kau yakin, Nak?"
Bahkan Furash yang biasanya santai dan tak banyak berwaspada sampai bersiaga penuh di hadapan Ceanta.
Giovanni tak bisa lagi mengatakan hal lain untuk meyakinkan mereka bertiga.
"Maafkan aku, mungkin saja aku menakuti kalian." Ceanta murung.
Giovanni berdengus lalu melangkah ke samping Ceanta dan duduk di sebelahnya. Dia mencoba menunjukkan pada yang lain kalau tidak akan terjadi apa-apa meski dirinya berdekatan dengan Ceanta.
"Lihat? Aku baik-baik saja. Kalian bisa kemari dan melepaskan kubah pelindung ini."
Furash dan yang lain sempat berdiskusi sejenak, setelah memikirkan keputusan dengan matang mereka pun berani mendekat.
Alvia beranjak ke dekat Ceanta dengan tangan gemetar . Dia kemudian meminta izin untuk menyentuh kulitnya. Gadis itu terkesima setelah mereka bersentuhan, selain karena dia baik-baik saja juga karena kulit Ceanta yang teramat lembut.
"Persis seperti dalam riwayat, succubus memiliki kulit yang halus dan seputih susu," kata Alvia kagum. "Dan matamu ... mengagumkan, warnanya merah dan biru."
"Terima kasih atas pujiannya, Nona." Ceanta membalas sambil menunduk. Cara bicaranya yang amat sopan mengejutkan Alvia.
Warna mata succubus yang berbeda menunjukkan kemampuan mereka. Succubus menggunakan mata kanan untuk memikat dan menggunakan mata kiri untuk mencari manusia yang cocok untuk dijadikan mangsa.
Selain itu, succubus mampu memberikan mimpi indah bagi siapapun yang terlelap di sekitarnya dan menghisap sedikit energi kehidupan mereka sebagai balasannya.
Tentu saja, ada cara tradisional yang jauh lebih efektif untuk menyerap energi kehidupan daripada memberikan mimpi indah tersebut. Succubus juga bisa mendapatkan energi kehidupan dari manusia apabila si manusia berkehendak memberikan.
"Aku tak menyangka telah menyelamatkan seorang succubus. Ini bisa jadi alasan kenapa aku tidur nyenyak saat menuju kemari." Furash berjongkok di hadapan Ceanta.
"Anda juga yang menyelamatkanku, kan? Aku berterima kasih kepada Anda. Tanpa Anda, mungkin aku sudah dijual oleh orang-orang itu," ucap Ceanta.
Furash menggaruk kepalanya karena merasa malu atas sikapnya tadi. Dia pun meminta maaf pada Ceanta dan gadis itu menerima permintaan maafnya.
"Apa yang membuatmu bisa sampai ditangkap?" tanya Giovanni kemudian.
Ceanta lantas bercerita bahwa dia tak mengingat banyak hal. Hal terjauh yang diingatnya adalah dia terbangun di sebuah tempat gelap sebelum kelompok Thiago datang dan membawanya pergi.
"Lalu, bagaimana dengan peliharaanmu itu?" Giovanni menuding Okopu.
"Aku juga tidak tahu sejak kapan Okopu bersama diriku. Dia telah berada di sisiku sejak pertama kali aku terbangun."

KAMU SEDANG MEMBACA
ARC OF THE HEIR: TALE OF STRIVE
FantasyKisah ini sudah ada dari zaman dahulu sekali, hingga tidak diketahui secara pasti kapan kemunculan pertamanya. Kisah ini, diceritakan melalui lisan ke lisan, lalu menjadi sebuah legenda, kemudian menjadi mitos, dan pada akhirnya menjadi sebuah cerit...