"Hal yang meyakinkan, bukan berarti juga sebuah kepastian." ~ Hans Kalmer
¤¤¤
Alvia tak mengerti kenapa Furash menculik dan mengikat tangan serta mulutnya, lalu membawanya ke dalam rubanah yang lingkungan di dalamnya adalah gua panjang berlorong sempit dan berpenghunikan ratusan macam monster jenis serangga.
Mengakui kalau Furash adalah Sanabodor Alintakor–yang beberapa tahun lalu mengguncang benua timur dengan menaklukkan beberapa rubanah sendirian–saat ini kiranya bukan sebuah kekeliruan. Lagipula, Alvia sudah mengetahui identitas lain Furash tersebut, sebab saat pertama kali bertemu dengannya, Furash memperkenalkan diri sebagai sang penakluk rubanah solo.
Hanya ketika mengangkat Alvia sebagai anggota party, Furash mulai memakai namanya yang sekarang, dan kebetulan pula mengubah sikap dinginnya sebagai Sanabodor. Tidak pernah Alvia pikirkan jika Furash akan kembali memasang persona lamanya itu sekarang.
Setelah berjalan sejauh 10 kilometer dari pintu masuk rubanah, Furash tiba di sebuah area gua yang cukup luas. Di sana, ada banyak orang berkumpul, beberapa tampak sedang duduk di tengah area gua, mengelilingi sebuah lingkaran sigil berukuran besar.
"Kami menunggumu cukup lama."
Seseorang dengan jubah menutupi kepalanya menyambut Furash ketika melihatnya datang.
"Aku pikir kalian sudah selesai memonitor rubanah ini, sepertinya aku salah."
Pria berjubah mendengus. "Kau yang bilang untuk menunggumu. Kami sengaja memperlambat kecepatan energi penyisirnya."
"Aku tidak bilang untuk memperlambat pemetaan sistem guanya juga, kan?"
Desahan nafas pria berjubah memberitahu Furash tentang ketidak puasannya. Dia lalu mengungkit tentang perdebatan mereka yang terjadi setelah mereka mendapatkan sigil penyegelan dari biara Mugworth dan menyebut kalau Furash lah penyebab kacaunya pelaksanaan rencana mereka.
"Ini tidak sesuai jadwal yang kita buat tiga hari lalu," ujar pria berjubah.
"Hei, jangan menyalahkanku. Aku sudah melakukan pencurian sigil dan artefak magis itu. Aku juga rela mempertaruhkan anggota-anggota partyku demi rencana gila ini," tukas Furash.
"Kau yang merencanakannya, aku hanya menerima usulanmu dan membayarmu untuk melakukannya. Keterlibatanku secara langsung sama sekali tidak diperlukan!"
Di saat keduanya berdebat, Alvia mendengarkan dengan seksama. Dia penasaran pada identitas si pria berjubah dan rencananya bersama Furash. Namun, Alvia juga mengetahui kalau ini adalah momen emas baginya melepaskan diri. Diam-diam, Alvia mengalirkan mana ke tangannya sedikit demi sedikit dan pelan-pelan membentuk sebuah pisau mana kecil di sepanjang lengannya.
"Oh, kau tahu kita butuh sekitar lima hari lagi untuk sampai ke ruangan dungeon master."
"Lalu? Daripada diam menghabiskan waktu di sini menciptakan sigil raksasa yang menguras banyak energi—"
"Itu jauh lebih baik! Jika kau tidak memutuskan untuk memperlambat proses monitoringnya, kita sudah berada di sana sekarang!"
Seiring perdebatan memanas, Alvia mengiris tali yang mengikatnya. Furash dan pria berjubah tak sadar kalau ikatan Alvia melonggar sampai gadis itu benar-benar memotong tali tersebut. Tanpa membiarkan seorang pun menuding kalau dirinya berhasil melepaskan diri, Alvia langsung memukul kepala belakang Furash dan melempar pria itu ke dinding gua dan seketika membuatnya tergeletak tak bergerak.
"Tuan Sanabodor!" teriak si pria berjubah.
Panik melihat Alvia dengan mudah membuat Furash pingsan, pria berjubah memanggil bantuan dari para anak buahnya. Mereka semua langsung berhenti merapal mantra di sekitar sigil monitor dan segera berkumpul di dekat pria berjubah.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARC OF THE HEIR: TALE OF STRIVE
FantasíaKisah ini sudah ada dari zaman dahulu sekali, hingga tidak diketahui secara pasti kapan kemunculan pertamanya. Kisah ini, diceritakan melalui lisan ke lisan, lalu menjadi sebuah legenda, kemudian menjadi mitos, dan pada akhirnya menjadi sebuah cerit...