"Ini adalah sesuatu yang menggetarkan jiwaku." ~ Cereztia.
¤¤¤
Kaki Giovanni terangkat saat tali yang menjerat kakinya menarik Giovanni ke langit gua. Dia menutup mulut tepat ketika terangkat, mencoba menahan muntah yang hampir saja keluar.
"Giovanni!" Ceanta memekik. Berbeda reaksi dengan si gadis succubus, Raven dan Astria langsung memasang kuda-kuda bertarung dengan Astria yang secara spontan berbalik badan mengawasi sisi belakang mereka bertiga.
"Tenanglah! Aku akan mencari cara menurunkanmu, Giovanni-re!" seru Ceanta.
"Tidak ... jangan cemaskan aku ... perhatikan ke sekelilingmu," balas Giovanni dengan nada lemas.
"Abaikan Giovanni untuk sekarang, kita punya masalah kita sendiri di sini."
Tiba-tiba menimpali, Raven membuat Ceanta dengan berat hati mengalihkan perhatiannya dari Giovanni. Dia kemudian merogoh tas selempang yang dibawanya dan mengambil beberapa bola kertas sigil.
"Apa yang kau deteksi di depan kita, Raven-re?"
"Ini bukan waktu yang baik untuk menanyakan itu!"
Ketus balasan Raven, Ceanta dibuat memasang muka murung sebab merasa sedikit tersinggung olehnya. Namun, sehentak suara logam berbenturan membuatnya kaget dan secepat kilat menoleh ke belakang.
Ceanta saksikan percikan api berhamburan dari depan Astria, memberi penerangan paling minim dalam gelapnya lorong gua. Sesaat kemudian, Ceanta kembali berbalik badan ketika mendengar Raven menggeram sebab menahan terjangan sesosok makhluk berukuran besar.
"Monster!" teriak Raven.
"Mereka ada di mana-mana!" timpal Astria.
Desis dan suara langkah kaki berdatangan menggema semakin dekat ke arah mereka bertiga.
Astria berusaha keras menahan terkaman serta tebasan dari monster-monster di hadapannya dalam pencahayaan minim, situasi yang kurang menguntungkan ini membuatnya mengayunkan pedang secara membabi buta. Akibatnya, sebanding dengan serangan yang berhasil didaratkan, Astria pun menderita banyak luka di tubuhnya.
"Mereka terus berdatangan, aku tidak bisa merapal mantra!" jerit Astria semakin terdesak.
"Kau berharap aku menolongmu? Maaf, aku terlalu sibuk dengan monster apapun yang berusaha menggepengkan kita ini!" balas Raven, sama-sama kuwalahan.
Ceanta berpikir kalau sigil-sigil dalam genggamannya tidak akan berarti apapun jika dia gunakan karena keadaan yang gelap. Malah, sigil ledakan itu akan berbuah malapetaka jika dia gunakan sekarang. Namun, bukan berarti Ceanta tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
"Mono Sigil Medica: Revitalista!"
Mengarahkan kedua tangannya ke Astria, Ceanta menembakkan sinar hijau pada gadis itu. Untuk beberapa saat, tubuh Astria berbinar dan menerangi sekelilingnya.
"Sihir penyembuhan ini ...."
Bukannya memanfaatkan kesempatan untuk melakukan serangan terarah pada monster-monster yang menyerangnya, Astria justru tertegun melihat sihir Ceanta. Teledor, seekor monster melihat kewaspadaan Astria menurun dan segera mengayunkan sabit di tungkainya ke leher Astria Akan tetapi, sebelum serangan tersebut sampai, kubah mana muncul menyelubungi Astria dan membuat sang monster terpental.
"Apa yang kau lakukan? Jangan melamun!"
"Ah! Maaf!"
Tersentak oleh teriakan Ceanta, fokus Astria pulih dalam sekejap, dan tanpa pikir panjang lagi dia merapalkan sebuah mantra ke pedangnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARC OF THE HEIR: TALE OF STRIVE
FantasíaKisah ini sudah ada dari zaman dahulu sekali, hingga tidak diketahui secara pasti kapan kemunculan pertamanya. Kisah ini, diceritakan melalui lisan ke lisan, lalu menjadi sebuah legenda, kemudian menjadi mitos, dan pada akhirnya menjadi sebuah cerit...