12. Kera Goblin Dan Majikannya

42 12 13
                                    

"Aku mau mandi." ~ Raven Alansmith

***

Alvia mulai mengajari Giovanni tentang cara merapal dengan menjelaskan sejarah sihir terlebih dahulu. Meski Giovanni sudah mengetahuinya, tapi Alvia bersikeras menerangkan.

"Sihir tercipta ketika manusia dan bangsa lain menghadapi kehancuran yang disebabkan oleh monster pada ribuan tahun lalu. Dunia hampir berakhir, sampai kemudian seorang manusia berhasil mendapat pengetahuan tentang Rune dari dalam rubanah."

Rune adalah simbol-simbol yang memiliki makna khusus di dalamnya, jika ditulis dalam formula yang tepat maka Rune dapat memberi si penulis beberapa efek atau manfaat tertentu.

Pada awalnya, manusia memanfaatkan Rune hanya dalam bentuk sigil atau kombinasi dari banyak kalimat Rune. Tapi, kemudian manusia dan makhluk-makhluk lain mulai menerjemahkannya ke dalam bahasa mereka agar dapat diucapkan secara lisan. Terjemahan-terjemahan inilah yang disebut dengan mantra.

"Puisi-puisi dan rapalan itu sama saja dengan sigil tulis. Hanya medianya saja yang beda, cara kerjanya tetap sama." Alvia melanjutkan, "Kalau merapal mantra, kau seolah-olah sedang menciptakan sigil di dalam tubuhmu. Baik mantra maupun sigil adalah imajinasi manusia yang dituangkan ke dalam bentuk visual dan verbal. Jadi, jika kau ingin merapalkan sebuah mantra kau harus bisa membayangkan terlebih dulu realisasi dari mantra yang sedang kau rapalkan."

"Kalau begitu apakah aku mampu menciptakan semuanya dengan sihir?" tanya Giovanni.

"Kalau kau tahu kombinasi Rune yang tepat. Sebelum itu pelajarilah tentang formula sihir. Hanya karena sihir berbasis pada imajinasi makhluk, tidak lantas kau bisa melakukan segalanya dengan itu."

Alvia berdiri ke samping Giovanni lalu mengarahkan tongkatnya ke sebuah pohon.

"Sekarang, kuberi kau contoh lagi. Sihir mampu menginterpretasikan gagasan yang ada menjadi sebuah realitas, apapun itu wujudnya."

Alvia kemudian merapalkan sebuah mantra dan menembakkan bola api berukuran sedang ke pohon yang tengah dia bidik. Ini sekaligus menunjukkan afinitas sihir Alvia.

"Tapi, kadang Mana seseorang memiliki ketercocokan tersendiri pada 'jenis' perintah yang diberikan kepadanya. Itu sebabnya ada istilah yang dinamakan, Afinitas sihir," ujar Alvia seraya menoleh pada Giovanni dengan senyum mengembang. "Dan satu hal lagi, Mana juga mengandung informasi spiritual atas suatu makhluk. Itu disebabkan karena pathway yang menjadi saluran mengalirnya Mana juga menjadi tempat jiwa kita bersemayam."

"Itu artinya ...."

"Artinya, jika kau kesulitan merapal mantra maka berarti ada yang salah dengan pathway milikmu!"

Giovanni selalu menduga hal ini, namun dia tak dapat memastikan apa yang salah dengan pathway miliknya.

Alvia pun menuturkan kalau seseorang tidak bisa mendiagnosis diri mereka sendiri, kecuali dengan alat magis khusus atau para penyihir yang mendalami bidang medis pada tingkatan tertentu. Sayangnya, Alvia belum mencapai tahap tersebut.

Dia kemudian menyuruh Giovanni untuk merapalkan beberapa mantra paling sederhana yang dia ketahui, hasilnya cukup mengecewakan.

Alvia heran karena Giovanni kesulitan merapalkan tiga mantra saja. Itu pun mantra golongan termudah yang diajarkan di taman kanak-kanak.

"Hmm, aneh. Padahal mantra-mantra tadi adalah mantra paling mudah yang pernah ada menurutku." Alvia menggaruk dagunya.

"Sudah kubilang, aku payah soal sihir. Aku hanya bisa merapalkan mantra Fire Orb, tidak bisa yang lain lagi." Giovanni menundukkan wajah.

ARC OF THE HEIR: TALE OF STRIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang