Chapter 4

114 17 6
                                        

"Abu-abu juga warna. Tapi tak seindah warna lainnya."

•DIFFERENT•

Matahari masih belum memunculkan sinar jingganya. Tapi, siswi berseragam SMA Trisatya dengan balutan sweater abu-abu sudah memunculkan batang hidungnya di kelas.

Keadaan masih sunyi. Belum ada tanda-tanda penghuni lain. Kecuali, para penjual di kantin, penjaga sekolah dan satpam.

"Kalo bukan karena pesan Kak Aditya semalam, nggak mau aku harus datang sepagi ini," gerutunya.

Cahaya meletakkan tas dan juga kotak bekal di kursinya. Awalnya Cahaya berniat izin hari ini, tapi dia bingung alasan apa yang masuk akal untuk diberikan kepada Ayah. Karena tidak menemukan alasannya dan takut Aditya datang ke rumah, dengan rasa malu yang sudah disembunyikannya, Cahaya akhirnya memutuskan untuk pergi sekolah.

"Kelas masih sepi, Kartika juga belum datang. Kira-kira tempat apa yang nggak ngebosenin sepagi ini?"

Cahaya bingung. Dia harus ke mana. Jika ke kantin, otomatis akan ramai dalam beberapa menit ke depan, jika tempat lain, dia akan ke mana. Cahaya kan murid baru di sini, belum tahu banyak tempat yang ada di sekolah.

"Mungkin ke ruang radio. Aku dengar SMA Trisatya ada ruangan radio, kayaknya asik."

Sebuah ide muncul di benaknya. Setelah mengambil ponsel, Cahaya bergegas pergi ke ruangan radio, tapi sebelum itu dia harus bertanya ke penjaga sekolah, di mana letak ruangannya.

Tepat di ujung koridor, Cahaya melihat penjaga sekolah yang sedang membuka pintu-pintu kelas.

"Pak," panggilnya.

Penjaga itu pun menoleh. Beliau menggerakkan jari dan menunjuk dirinya. Seolah bertanya apakah dirinya yang dipanggil. Cahaya pun mengangguk cepat.


"Kenapa, Mbak?" tanya Pak Sudiro.

"Begini, saya mau tanya soal ruangan radio sekolah, katanya ada ruangan radio di SMA ini," jelasnya.

"Mbak anak baru?" tanya Pak Sudiro.

Cahaya mengerutkan dahinya bingung. Bagaimana Pak Sudiro tahu jika dia anak baru.

"Soalnya begini Mbak, saat masa MPLS seluruh murid dikenalkan tentang sekolah dari ruangan sampai kegiatan sekolah. Jadi, kalau Mbak bertanya berarti Mbak anak baru," tutur Pak Sudiro. Sepertinya beliau tahu apa yang dipikirkan Cahaya.

"Eh, iya nih, Pak. Saya Cahaya, murid pindahan."

"Sudah saya duga."

"Kalau begitu di mana ruangan radionya, Pak?"

"Mau ngapain?" tanya seseorang di belakang Cahaya. Karena penasaran, dia pun menoleh dan mendapati seorang laki-laki berambut rapih dengan seragam yang disiplin, sesuai isi buku peraturan yang berjudul Tata Cara Berseragam Di SMA Trisatya.

"Biar saya saja, Pak," ucap lelaki itu.

Pak Sudiro pun mengangguk dan pergi.

Cahaya melirik pasrah kepergian Pak Sudiro. "Maaf, kamu...."

"Saya Lintang Mahardika, panggil saja Lintang. Saya kelas 11 IPA 2. Ketua OSIS di sini." Lintang mengulurkan tangannya, dengan segera Cahaya membalas.

DIFFERENT [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang