Chapter 26

34 13 2
                                    

"Sekarang harus bagaimana? Terus atau putus?"

•DIFFERENT•

Pagi ini Cahaya dan Kartika sudah sampai di sekolah. Keduanya tidak langsung ke kelas tapi menuju lapangan basket, karena pagi ini mereka akan menyaksikan pertandingan antar kelas yang mulai setelah bel masuk berbunyi.

Cahaya mengajak Kartika untuk duduk di kursi bagian barat. Dekat koridor kelas mereka. Tempat duduk sudah disiapkan untuk menonton jalannya pertandingan nanti.

"Nggak mau cari makan dulu?" tanya Kartika.

"Nggak deh. Kita tadi udah sarapan, aku juga masih kenyang."

"Kalau gitu cari minuman aja. Lo mau minuman apa? Biar gue yang beli. Nanti kalau kita pergi semua, tempat kita diambil orang," saran Kartika.

"Kamu yakin mau ke kantin sendirian? Nggak takut ketemu Kak Ishan?"

Kartika terdiam.

"Biar aku aja yang beli. Kamu tunggu di sini, kalau Kak Ishan ajak kamu pergi jangan mau, lagi pula di tempat ramai dia nggak akan berani ganggu kamu."

"Lo yakin?"

"Yakin, Kar. Aku pergi dulu."

Cahaya meletakkan tas lalu mengambil ponsel dan dompet kecilnya.

"Kalau ada apa-apa telepon gue," bisik Kartika sebelum Cahaya pergi.

Cahaya mengangguk sambil tersenyum tipis.

Sesampainya di kantin, Cahaya membeli dua minuman dingin rasa jeruk lalu membayarkan.

Saat kembali, di koridor, Cahaya bertemu dengan Guntur seorang diri.

"Gue mau bicara sama lo," ucap Guntur.

"Soal kemarin? Aku udah tahu ucapan Kak Guntur, aku mengerti kok."

"Bukan soal itu," bantah Guntur.

"Lalu?"

"Gue dapat bocoran anak-anak tim kelas gue kalau Aditya mau melakukan sesuatu saat selesai pertandingan semi final besok. Lo harus hati-hati," jawab Guntur.

"Kenapa?"

"Mungkin aja dia mau menembak lo dan lo harus tahu jawabannya apa. Gue kasih tahu lo supaya besok lo udah siap sama jawabannya, gue nggak mau lo menanggung malu kalau salah jawab."

"Kenapa Kak Guntur kasih tahu aku?"

"Gue suka sama lo Cahaya, gue suka sama lo saat awal kita kenalan. Lo udah membuat gue merasakan jatuh cinta sesungguhnya," jujur Guntur.

Cahaya sangat tidak menyangka jika Guntur berani mengatakan kalimat itu. Bagaimana bisa Guntur mengatakannya tanpa beban.

"Maaf Kak, aku... "

"Gue tahu lo nggak akan terima perasaan gue. Dan gue menghargai itu. Tapi satu hal yang harus lo tahu, seburuk apa pun diri ini, gue juga tahu Cahaya kalau keyakinan kita melarang hal itu. Gue nggak mau lo sakit lebih jauh, lebih baik mencegah sakit hati itu dari pada mengobati yang belum tentu sembuh."

DIFFERENT [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang