Chapter 11

72 16 5
                                        

"Jarak di dalam hubungan."

•DIFFERENT•

Sedari tadi mata Bagas tidak lepas dari dua objek di depannya yang terlihat saling  diam. Dua orang yang sama-sama sibuk dengan ponselnya.

Bagas tidak habis pikir mengapa mereka hanya diam. Biasanya mereka akan mengobrolkan hal yang random.

"Kemarin ada tawuran, kalian tahu?" tanya Bagas. Tangannya mencomot singkong goreng yang ada di meja.

Sebenarnya bel istirahat belum berbunyi dan ketiganya membolos. Tepatnya Bagas yang mengajak bolos.

Baik Aditya dan Ishan tidak ada yang menyahut. Keduanya masih memilih diam

"Ternyata SMA Mandiri sama SMA Srikandi yang tawuran. Katanya SMA Mandiri nggak terima waktu SMA Srikandi pawai karnaval lewat daerah selatan. Bukan karena pelit jalanan, cuma anak-anak Srikandi nggak sopan waktu lewat dan yel-yel nggak jelas," tutur Bagas.

Bibirnya tersenyum saat Aditya meletakkan ponsel. Itu tandanya Aditya mulai tertarik dengan topik yang Bagas bahas.

Tapi senyuman itu sirna saat Aditya hanya meletakkan ponselnya untuk mengambil uang di saku dan pergi membayar makanan.

"Gue duluan, Gas!" pamit Aditya tanpa menoleh ke arah Ishan.

"Kok pergi, nyet!" kesal Bagas.

Ishan melirik punggung Aditya yang menjauh. Dia pikir kejadian kemarin akan selesai begitu saja. Ternyata tidak, karena sampai istirahat pertama Aditya memilih diam.

"Giliran udah pergi baru dilihat. Tadi aja diem mulu," sindir Bagas.

"Bicit lo! Nggak jelas sahabat lo itu!"

"Sahabat lo juga bego!"

Ishan mengambil headset dan menyumpal telinganya. Hal itu membuat Bagas mengumpat kesal.

Dia memilih membayar makanannya. Meninggalkan Ishan seorang diri yang sibuk menonton channel kartun kesukaannya.

"Yang satu gengsi, yang satunya keras kepala. Cocok sudah. Nggak ada duanya. Limited edition," gerutu Bagas.

Matanya mengedar ke penjuru kantin. Dan ada satu orang yang dia temukan. Kartika. Gadis itu sedang membeli air mineral.

Setelah membayar barulah Bagas menghampiri Kartika yang sudah berlalu.

Bagas mempercepat langkahnya untuk mengejar Kartika yang memiliki langkah lebar. Saat sampai di lorong depan laboratorium kimia barulah Bagas berani memanggil gadis yang memenuhi pikirannya sejak malam itu.

"Kartika," panggilnya.

Kartika menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Bagas.

"Kak Bagas, ada apa?" tanya Kartika.

Hati Bagas berdesir saat matanya bertemu dengan mata belo milik Kartika.

"Dari mana?" tanya Bagas basa-basi.

"Kantin Kak, beli minum buat Cahaya. Dia tadi muntah di toilet, sekarang lagi di UKS," jawab Kartika.

DIFFERENT [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang